izinperikanan.id

IZINPERIKANAN.ID

Menentukan Tempat Lokasi Wisata Bahari Dengan Citra Satelit

Lewat bantuan citra satelit sangat membantu untuk menentukan lokasi pengembangan wisata bahari di suatu daerah.

Sebagai salah satu negara kepulauan Indonesia jelas dikaruniai sumber daya laut yang begitu besar. Potensi dari sumber daya alamnya, khususnya yang ada di laut sangat besar, mungkin jauh lebih besar dari yang diperkirakan selama ini. Hal itu disebabkan masih banyak potensi sumber daya laut yang dimiliki belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, bahkan ada diantaranya yang belum tergali atau teridentifikasi.

 

Untuk itu sebagai salah satu ikhtiar untuk mendapatkan informasi mengenai sumberdaya alamnya adalah denganmenggunakan teknologi penginderaan jarak jauh. Ini sebenarnya merupakan teknologi penginderaan yang memanfaatkan citra (informasi data) satelit dan menggabungkannya dengan Sistem Informasi Geografis. Lewat bantuan inderaja ini dimungkinkan untuk menentukan lokasi yang tepat untuk dikembangkan sebagai lokasi wisata bahari.

Salah satu satelit yang dapat digunakan untuk penginderaan jarak jauh adalah satelit Landsat 7 ETM. Satelit ini mampu memberikan data yang akurat mengenai potensi sebuah kawasan untuk dijadikan obyek wisata bahari. Dalam menentukan kawasan untuk obyek wisata bahari memerlukan analisa yang mempertimbangan beberapa parameter. Diantaranya kecerahan perairan, tutupan (kondisi) terumbu karang, keanekaragaman jenis karang dan biota laut lainnya yang hidup disekitar terumbu karang tersebut, kedalaman dasar periaran serta kecepatan arus.

Memang tidak semua parameter itu dapat diukur melalui penginderaan jarak jauh. Parameter yang dapat diukur menurut Bambang Trisakti mewakili para peneliti Inderaja dari BRIN adalah kecerahan peraiaran, sebaran atau tutupan terumbu karang dan kedalaman perairan. Walupun begitu, ketiga parameter tadi merupakan parameter yang berpengaruh sangat besar dalam menentukan zona potensi kawasan wisata bahari.

Sebagai contoh perairan yang jernih akan sangat menarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Di perairan yang jernih tentunya akan memudahkan wisatawan untuk menikmati keindahan panorama yang ada di bawah air. Kecerahan juga merupakan indikasi bahwa di kawasan periaran tersebut ekosistem terumbu karangnya hidup dengan baik. Parameter kedalaman perairan dibutuhkan untuk segi keselamatan para wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut.

Salah satu teknik untuk menentukan lokasi yang strategis untuk membangun obyek wisata bahari. BRIN melalui bantuan citra satelit Landsat 7 ETM, yang menggunakan resolusi spasial 30 m. Wilayah kajian dari peneilitian BRIN ini adalah kawasan perairan sekitar provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pertama-tama data citra satelit yang telah didapat dikoreksi ketelitian geometriknya. Ini dilakukan untuk menghilangkan kesalahan posisi yang dibuat oleh satelit. Lalu dilanjutkan dengan koreksi radiometrik, yakni untuk mengeliminisasi gangguan yang terjadi pada lapisan atmosfir. Setelah itu dilakukan proses penggabungan citra dan klasifikasi menjadi wilayah laut, darat dan awan. Tahap selanjutnya adalah citra wilayah laut itu dikonversi menjadi beberapa parameter fisik yang diperlukan menggunakan formula yang sudah teruji pada penelitian sebelumnya.

Tingkat kecerahan perairan diidentifikasi dengan menggunakan kanal visible biru yang mempunyai kemampuan terbesar untuk menembus kolom air. Kegiatan pariwisata bahari, khususnya menyelam dan snorkeling sangat membutuhkan tingkat kecerahan yang tinggi mencapai lebih dari 10 meter. Hal ini disebabkan karena kegiatan tersebut bertujuan untuk menikmati keindahan panorama yang terdapat di bawah permukaan air.

Berdasarkan tingkat kecerahan perairan yang diperoleh dari data citra, diketahui bahwa nilai kecerahan rat-rata perairan NTB berkisar antara 8 -13 meter. Sedangkan berdasarkan standar baku mutu air maka tingkat kecerahan perairan NTB tergolong dalam tingkat yang diinginkan, artinya memiliki kualitas air yang baik. Perairan dengan kecerahan yang rendah menandakan kualitas airnya kurang baik dengan tingkat bahan organik terlarut atau tingkat sedimentasi yang sangat tinggi.

Ekosistem terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagi pelindung ekosistem pesisir, penyedia nutrient, tempat pemijahan dan berkembang bagi berbagai biota laut. Dari segi estitika, terumbu karang yang masih utuh menampilkan pemandangan yang sangat indah yang jarang dapat ditandingi oleh ekosistem laut lainnya. Oleh karena itu taman laut yang terdapat di pulau atau pantai yang mempunyai terumbu karang merupakan obyek pariwisata yang sangat terkenal, seperti pantai Bunaken di Sulawesi Utara.

Kenampakan terumbu karang dapat diperoleh dari citra Landsat dengan menggunakan kombinasi kanal visible dan infra merah, kemudian dapat diklasifikasi secara lebih detail dengan model transformasi Lyzengga. Apabila di bawah permukaan air suatu pulau terdapat terumbu karangnya maka akan tampak teridentifikasi pada citra komposit RGB 542 dengan warna biru terang.

Dalam penetuan zona pariwisata bahari, kedalaman perairan mempunyai bobot yang lebih kecil dibandingkan parameter lainnya. Hal ini dikarenakan faktor kedalaman tidak membatasi secara mutlak parameter lainnya. Sebagai gambaran, kedalaman perairan meskipun merupakan faktor yang yang membatasi pertumbuhan terumbu karang, tetapi pada perairan yang jernih dan kondisi lingkungannya yang memungkinkan, terumbu karang dapat hidup sampai kedalaman 50 meter. Mengukur kedalaman perairan diperoleh dengan cara digitasi titik kedalaman dari peta bathimetri untuk seluruh wilayah NTB, kemudian melakukan proses interpolasi dan pembuatan kontur.

Untuk langkah berikutnya adalah mempertimbangkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan bila daerah tersebut ingin dikembangkan sebagi lokasi pariwisata bahari. Aspek tersebut meliputi jalur hijau pantai, fenomena alam yang berdampak pada wilayah pesisir, daya dukung sarana/prasarana yang tersedia, dan pencemaran perairan.

Jalur hijau pantai yag dimaksud adalah upaya melestarikan keberadaan mangrove sebagai penyangga keseimbangan ekosistem wilayah pesisir. Karena hutan mangrove berfungsi sebagai penahan abrasi pantai dan tempat pemijahan, pembesaran dan tempat mencari makan berbagai macam biota laut. Pengembangan kegiatan pariwisata bahari di sekitar wilayah hutan mangrove seringkali berdampak terhadap kerusakan hutan-hutan mangrove, sehingga mengakibatkan hilangnya pelindung pantai dan tempat/habitat biota laut dipesisir pantai.

Hasil citra satelit tersebut menunjukkan bahwa Provinsi NTB mempunyai daerah potensi pariwisata bahari yang sangat besar dengan kondisi yang masih terjaga kelestariannya. Namun demikian informasi tersebut masih merupakan tahap awal, pelaksanaan selanjutnya masih memerlukan perencanaan yang rinci sesuai dengan kondisi tiap-tiap lokasi untuk menjamin keseimbangan lingkungan serta kelestarian obyek wisata tersebut.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Open Whatsapp
Ada pertanyaan mengenai Jasa kami ?
Izinperikanan care
Hello 👋
Customer Izinperikanan.id...