izinperikanan.id

IZINPERIKANAN.ID

Budidaya Lobster Air Tawar capit merah (Cherax quadricarinatus)

PENDAHULUAN

Lobster Air Tawar capit merah  atau redclaw (Cherax quadricarinatus) merupakan udang-udangan dengan bentuk badan seperti lobster air laut tetapi semua siklus hidupnya berlangsung di air tawar. Besarnya Produktivitas induk lobster dapat dinilai dari tingginya produksi dalam satu kali siklus budidaya, dimana tingginya kualitas produksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu pemilihan induk yang baik. Induk yang baik yaitu memiliki pertumbuhan yang cepat, secara morfologi organ tubuhnya lengkap atau tidak cacat, sehingga diharapkan dapat menghasilkan larva dalam jumlah banyak. Dalam proses produksinya induk lobster melakukan pengeraman telur hingga menetas, telur yang dierami terletak pada bagian abdomen dari tubuh induk. Jumlah telur yang dierami oleh induk dipengaruhi oleh ukuran abdomen, semakin cepat pertumbuhannya maka akan mempengaruhi panjang dan berat tubuh induk .Melihat dari cara perkembangbiakannya maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah panjang dan berat induk memiliki hubungan terhadap jumlah produksi larva yang dihasilkan.

METODE PENELITIAN

Data yang diperoleh menggunakan metode observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan secara sistemaik terhadap gejala atau fenomena yang diselidik.

Pengumpulan Data

Data yang diperoleh menggunakan metode Sensus. Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian, yaitu induk lobster yang siap untuk dirontokkan. Waktu pengambilan data hanya dilakukan jika ada lobster yang siap untuk dirontokkan. Pada saat pengambilan data tidak ditentukan jumlahnya, artinya tergantung dari jumlah lobster yang siap dirontokkan, selama waktu penelitian induk yang dihitung larvanya yaitu berjumlah 50 ekor. Data yang dikumpulkan meliputi: Berat induk lobster, panjang induk lobster, dan jumlah larva yang dihasilkan oleh induk lobster.
  1. Berat induk Lobster diukur pada saat larva telah dirontokkan, dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 1 gram.
  2. Setelah pengukuran berat kemudian dilakukan pengukuran panjang induk lobster yang dimulai dari ujung rostrum sampai dengan ekor, menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm.
  3. Jumlah larva dihitung setelah perontokan larva, menggunakan handcounter

Analisa Data

Data hasil penelitian yang meliputi berat, panjang dan jumlah larva dimasukkan kedalam tabel (tabulasi), dan dibuat deskripsi statistik. Untuk melihat hubungan antara bobot dan panjang induk terhadap produksi larva di gunakan analisis regresi dan korelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Panjang Tubuh Induk Lobster (cm) Dengan Jumlah Produksi Larva (ekor)

Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan data panjang induk lobster dan jumlah larva yang dihasilkan seperti tercantum pada Tabel 1 di bawah ini. Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa panjang tubuh induk terkecil yaitu 8,3 cm dengan jumlah larva yang dihasilkan sebanyak 162 ekor, dan panjang induk terbesar yaitu 13,7 cm dengan jumlah larva yang dihasilkan yaitu sebanyak 691 ekor, dari jumlah sampel induk yang diambil yaitu sebanyak 50 ekor didominasi oleh ukuran panjang induk 10,8 cm yaitu sebanyak 9 ekor. Dari data panjang tubuh induk dan jumlah larva yang dihasilkan di atas dapat dibuat  deskripsi statistik  seperti pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 2. Deskripsi Panjang Tubuh Induk (cm) dan Jumlah Larva (ekor) Hubungan panjang  tubuh induk dan jumlah larva dapat dibuat grafik seperti tersaji pada gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Grafik Hubungan Panjang Tubuh Induk (cm) dengan Jumlah Larva yang dihasilkan (ekor). Grafik pada gambar 1 adalah garis yang mewakili semua titik hubungan antara variable x (panjang tubuh) dan variabel y (jumlah larva) dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9028 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8151. Gambar 2 diatas arah garis hubungan miring kekanan artinya panjang tubuh dengan jumlah larva berhubungan positif, semakin panjang tubuh induk semakin meningkatkan jumlah produksi larva.

 Hubungan Berat Tubuh Induk Lobster (gram) Dengan Jumlah Produksi Larva  (ekor)

 Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan data berat tubuh induk lobster dan jumlah larva seperti tercantum pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Data Berat Tubuh Induk (gram) dan Jumlah Larva (ekor) Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa berat tubuh induk terkecil yaitu 25 gr dengan jumlah larva yang dihasilkan sebanyak 162 ekor, dan berat induk terbesar yaitu 48 gr dengan jumlah larva yang dihasilkan yaitu sebanyak 691 ekor, dari jumlah sampel induk yang diambil yaitu sebanyak 50 ekor didominasi oleh ukuran berat induk 48 gr yaitu sebanyak 9 ekor. Dari data berat tubuh induk dan jumlah larva yang dihasilkan di atas dapat dibuat  deskripsi statistik  seperti pada Tabel  di bawah ini. Tabel 3. Deskripsi Berat Tubuh Induk (gr) dan Jumlah Larva (ekor). Hubungan berat  tubuh induk dan jumlah larva dapat dibuat grafik seperti tersaji pada gambar 3 di bawah ini. Gambar 3. Grafik Hubungan Berat Tubuh Induk (gram) dengan jumlah Larva. Grafik pada gambar 3 adalah garis yang mewakili semua titik hubungan antara variable x (berat tubuh) dan variabel y (jumlah larva) dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,805 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,897. Gambar 3 diatas arah garis hubungan miring kekanan artinya berat tubuh dengan jumlah larva berhubungan positif, semakin berat tubuh induk semakin meningkatkan jumlah produksi larva.

Kualitas Air

 Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian menunjukkan kisaran  yang tidak membahayakan bagi kehidupan induk lobster . Data parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Kualitas Air Selama Penelitian

Pembahasan

Pada pengambilan data panjang tubuh induk dan jumlah produksi larva yang diambil pada 50 ekor induk lobster didapatkan data panjang  tubuh induk lobster dengan nilai kisaran yaitu nilai panjang terendah  8,3 cm dan nilai panjang tertinggi 13,7 cm, serta jumlah produksi larva dimana jumlah produksi larva terendah yaitu 162 ekor dan jumlah larva tertinggi yaitu 691 ekor. Komposisi panjang tubuh induk lobster dan jumlah produksi larva seperti tertera pada Tabel 1, dimana hasil perhitungan hubungan antara keduanya dengan menggunakan analisa regresi didapatkan persamaan sebagai berikut Y= 112,39x – 848,51. Hubungan panjang tubuh dengan jumlah larva dapat dibuat grafik seperti pada gambar 1. Menurut Wooton (1995), jumlah larva merupakan fungsi dari ukuran tubuhnya. Hubungan panjang tubuh dengan jumlah larva diperoleh diagram pencaran yang ditunjukkan oleh garis best fit dimana titik-titik yang merupakan variabel x (panjang tubuh induk) dan variabel y (jumlah larva) menyebar disekitar garis. Hal ini berarti terdapat hubungan yang erat diantara kedua varibel tersebut dengan diperolehnya koefisien korelasi (r) sebesar 0,902 dari hasil analisa regresi yang juga menunjukkan adanya korelasi positif antara panjang tubuh induk dan jumlah larva yang dihasilkan. Hasil Uji t dengan menggunakan taraf uji 95 % menunjukkan bahwa persamaan regresi hubungan panjang tubuh induk dengan jumlah larva dapat digunakan untuk menduga jumlah larva yang diproduksi berdasarkan panjang tubuh induk dan sebaliknya. Seperti yang dikemukakan Effendie (1997) bahwa jumlah larva sering dihubungkan dengan panjang dan cenderung terdapat hubungan yang erat diantara keduanya. Menurut Effendie (1997), jumlah larva yang dihasilkan oleh induk udang selain dipengaruhi ukuran tubuh  juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti persediaan makanan, kepadatan populasi, suhu, oksigen. Effendie juga menambahkan bahwa semakin panjang tubuh induk, maka akan semakin panjang rongga perut dalam tubuhnya. Sehingga pengisian gonad dalam rongga tubuh udang juga akan membesar seiring dengan pertumbuhan panjang. Semakin besar gonad udang maka fekunditasnya akan semakin besar pula dan pada akhirnya jumlah larva yang dihasilkan akan semakin banyak. Kematangan kelamin udang pertama kali dicapai pada umur 3-4 bulan dengan panjang badan 10-12 cm . Jumlah larva yang dihasilkan dipengaruhi oleh umur, ukuran, dan pakan yang dikonsumsi. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap 1 cm panjang tubuh induk udang dapat menghasilkan larva 10-20 ekor (Hadie dan Emmawati, 2002), selain itu hadie dan emmawati juga menambahkan jumlah larva yang dihasilkan juga dipengaruhi aktifitas selama masa pengeraman, karena selama masa pengeraman induk selalu mengerak-gerakkan kaki renangnya untuk mensuplai kebutuhan oksigen telur, dimana pergerakan kaki-kaki renang induk tersebut dapat menyebabkan telur yang dierami terlepas dari tubuh induknya sehingga telur tersebut tidak dapat menetas yang pada akhirnya dapat mengurangi produksi larva. Pada pengambilan data berat tubuh induk dan jumlah produksi larva yang diambil pada 50 ekor induk lobster didapatkan data berat  tubuh induk lobster dengan nilai kisaran yaitu nilai berat terendah 25 g  dan nilai berat tertinggi 48 g, serta jumlah produksi larva dimana jumlah produksi larva terendah yaitu 162 ekor dan jumlah larva tertinggi yaitu 691 ekor. Dengan menggunakan analisa regresi didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,805 yang berarti jumlah produksi larva dipengaruhi oleh berat tubuh induk lobster, dimana pengaruh berat tubuh induk lobster terhadap jumlah produksi larva adalah sebesar 80,5 %.hubungan antara berat tubuh induk lobster terhadap jumlah produksi larva yang dapat ditunjukkan dengan garis best fit yang mewakili titik-titik antara variabel x (berat tubuh induk) dan variabel y (jumlah larva) seperti ditunjukkan pada gambar 2. Menurut Steffens (1989), pertumbuhan lobster meliputi pertambahan panjang dan pertambahan berat, dimana pertumbuhan akan terjadi baik dalam pertambahan panjang atau berat dari ikan hanya jika kebutuhan akan jumlah pakan yang dicerna sesuai dengan kebutuhan untuk kegiatan pemeliharaan tubuh. Disamping itu untuk meramu makanan udang bahan baku untuk pakan dibagi dalam dua golongan menjadi dua kelompok, yaitu bahan baku makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan ikutannya, merupakan sumber karbohidrat yang mengandung serat kasar tinggi, oleh karena itu bahan ini sangat sedikit digunakan karena udang tidak efisien untuk mencerna bahan baku golongan ini, kelompok yang lain yaitu kelompok bahan baku makanan yang berasal dari hewan dan ikutannya, merupakan sumber protein dan asam amino yang relatif cukup lengkap, dengan rata-rata serat kasar yang dikandungnya relatif rendah. Maka sangat potensial untuk makanan udang, hanya umumnya harganya relatif mahal dibandingkan dengan bahan baku dari tumbuhan dan ikutannya Pakan yang dikonsumsi oleh induk lobster akan digunakan untuk berbagai aktifitas fisiologis dalam tubuh induk lobster seperti perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, pertumbuhan dan juga untuk reproduksi dalam hal ini yaituuntuk memproduksi telur, oleh karena itu induk lobster memerlukan pakan yang secara kualitas memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama protein yang berasal dari bahan hewani (Murtidjo, 2006). Menurut Wiyanto dan Hartono (2003), kemampuan induk lobster dalam menghasilkan telur tergantung pada pakan yang diberikan dan kepadatan populasi, disamping itu kamampuan induk dalam menghasilkan telur juga dipengaruhi oleh ukuran carapace abdomen dalam tubuh induk lobster karena dalam masa reproduksi lobster terdapat masa pengeraman telur selama 40-45 hari, dimana telur yang dierami ditampung di bagian bawah abdomen di sekitar kaki-kaki renang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Terdapat hubungan antara panjang tubuh induk dengan jumlah produksi larva yang ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8151 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,9028 yang berarti bahwa pengaruh panjang tubuh induk terhadap jumlah produksi larva yaitu sebesar 90,28%. Dimana hubungan antara panjang tubuh induk lobster dengan jumlah produksi larva dapat dibuat persamaan regresi dengan persamaan Y = 112,39x -84851.
  2. Terdapat hubungan antara berat tubuh induk dengan jumlah produksi larva induk larva yang ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,897 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,805 yang berarti bahwa pengaruh berat tubuh induk terhadap jumlah produksi larva yaitu sebesar 80,5%. Dimana hubungan antara berat tubuh induk lobster dengan jumlah produksi larva dapat dibuat persamaan regresi dengan persamaan Y = 13,32x – 11,29
  3. Dilihat dari hasil, bahwa panjang memiliki hubungan yang lebih erat terhadap produksi larva dibanding dengan berat pada tubuh induk.

Saran

Saran yang diberikan dalam penelitian ini yaitu bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai produksi larva berdasarkan ukuran tubuh induk yang berasal dari berbagai tempat dengan maksud untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi produksi larva dari induk lobster, di luar keadaan morfologi induk lobster seperti keadaan cuaca, letak geografis, wadah pembenihan, pakan, dan masih banyak faktor-faktor lain.  

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K.2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta Buwono, I.D. 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengeloloaan Berpola Intensif. Kanisius. Yogyakarta Darmono, 1991. Budidaya Udang penaeus. Kanisius. Yogyakrta Dinas Perikanan Propinsi Jawa Tengah. 1996. Pengelolaan Air Pada Budidaya Udang. Dinas Perikanan. Jawa Tengah. Semarang Effendie, H.2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. Effendie, M.I.1979. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB, Bogor Hadie. S. 1987. Metode Penelitian. Gadjah Mada Press. Yogyakrta Hadie, W. dan Supriatna, J. 1998. Pengembangan Udang Galah Dalam Hatchery dan Budidaya. Kanisius. Yogyakrta Hanafiah, A.K. 1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta Iskandar.2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka, Jakarta Martosudarmo, B. dan B.S. Ranoemiharjo. 1980. Biologi Udang penaid. Ditjen Perikanan, Jakarta Mudjiman, A. 1998. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya. Jakarta Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur, Kanisius. Yogyakrta Santosa, dan Ashari.2003. Statistik Toeri Dengan Program MS Excel dan SPSS Versi 11. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Srigandono, B. 1981. Rancangan Percobaan. Universitas Diponegoro. Semarang Sudjana, 1989. Desain dan Analisis. Tarsito. Bandung Sukmajaya, Y. Dan Suharjo,I. 2003 Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia, Jakarta. Wardoyo, S.T.H. 1983. Pengelolaan Kualitas Air. Proyek peningkatan Mutu Perguruan Tinggi, IPB. Bogor Wiyanto, H.R. dan Hartono, R. 2003. Lobster Air Tawar Pembenihan dan Pembesaran. Penebar Swadaya, Jakarta. Wiyanto, H.R. dan Hartono, R. 2003. Merawat Lobster Hias di Akuarium. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

KONSEP HACCP

Apa Itu HACCP ?

Sistem Jaminan Keamanan Pangan Mendasarkan pada kesadaran bahwa Bahaya dapat timbul pada setiap titik atau Tahap Produksi Namun dapat dilakukan pencegahan melalui Pengendalian Titik-Titik Kritis.

HACCP Menekankan Pada pencegahan kontaminasi dari pada menguji kontaminasi.

 

Terminologi HACCP

Hazard: suatu unsur/kondisi pangan bersifat biologi, kimia, fisik yang berpotensi menyebabkan dampak buruk pd kesehatan

Critical Control Point: Suatu tahapan dimana tindakan pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau mengeliminasi/ mereduksi bahaya keamanan sampai batas yg dpt diterima.

Critical Limit: suatu kriteria/nilai yang membatasi keberterimaan dan ketidakberterimaan.

Control Point: tahapan dimana tindakan pencegahan dan/ atau pengendalian diambil karena tuntutan GMP, regulasi, reputasi produk, atau korporat/kebijakan perusahaan.

Corrective Action: suatu tindakan yang dilakukan ketika hasil monitoring CCP mengindikasikan kehilangan kendali (melampaui batas kritis).

Karateristik HACCP

  • Pendekatan sistematik
  • Proaktif
  • Usaha dari suatu tim (team effort)
  • Teknik common sense
  • Sistem hidup dan dinamik

Keuntungan HACCP bagi pangan:

  • Meningkatkan volume penjualan: Konsumen yakin bahwa tingkat keamanan yang diingini telah tercapai.
  • Efisiensi biaya Mengurangi pemborosan sumber daya dengan memusatkan factor-faktor yang relevan (Cost effectiveness), Penolakan lebih sedikit.
  • Meningkatkan kepuasan pelanggan.
  • Marketing: Selling point.
  • Sumberdaya manusia: Memberikan kepercayaan diri yang tinggi pada bisnis dan dan karyawan, Memperbaiki pengertian dan motivasi kerja tim.
  • Otoritas berwenang yakin bahwa tingkat keamanan sesuai standar.

BANGUNAN, FASILITAS & PERALATAN

  • Konstruksi mudah dibersihkan.
  • Tidak mengkontaminasi produk.
  • Layak untuk operasional penanganan & pengolahan.

MELIPUTI:

1) Lokasi pabrik: efek industri lain, bebas banjir, limbah/sampah

2) Lingkungan: penanganan sampah, pencegahan debu/lumpur, drainase, pagar

3) Pintu masuk & keluar : melalui 1 pintu, self closing

4) Design /lay out: tdk ada cross contamination, ukuran ruang cukup & sesuai

5) Bahan : dinding, lantai, langit-langit dll > halus, kuat, tahan air & mudah dibersihkan

6) Fasilitas: Suplai air/es, listrik, penerangan, ventilasi, gudang, drainase, fasilitas

    personal hygiene.

7) Peralatan: bahan, design, sesuai peruntukannya.

 

GMP (Good Manufacturing Practices) adalah Pedoman persyaratan dan tata cara berproduksi yang baik bagi suatu unit pengolahan ikan

  • GMP utk memastikan mutu produk dan menjamin tingkat dasar pengendalian keamanan pangan.

SSOP (Sanitation Standar Operation Prosedur) adalah pedoman persyaratan operasi sanitasi di unit pengolahan ikan.

  • SSOP untuk menjamin bahwa prosedur dan proses sanitasi dapat secara efisien mengendalikan bahaya keamanan pangan yang umum dijumpai dilingkungan pengolahan dan operasi.

7 Prinsip HACCP 

PRINSIP 1 : Identifikasi Potensi Bahaya.

PRINSIP 2 : Menentukan Titik-Titik Pengendalian Kritis.

PRINSIP 3 : Menetapkan Batas Kritis.

PRINSIP 4 : Menetapkan Sistem Pemantauan (Monitoring).

PRINSIP 5 : Menetapkan Tindakan Koreksi.

PRINSIP 6 : Menetapkan Prosedur Verifikasi.

PRINSIP 7 : Mengembangkan Sistem Dokumentasi dan Pencatatan.

12 Langkah (Codex)

  1. Pembentukan Tim HACCP
  2. Deskripsikan Produk
  3. Identifikasi Pengguna Produk
  4. Penyusunan Diagram Alir
  5. Verifikasi Diagram Alir di Lapangan :

Analisa Bahaya.

– Penentuan CCP.

– Penentuan Batas Kritis di Setiap CCP.

Penetapan Monitoring di Setiap CCP.

Penetapan Tindakan Koreksi di setiap Penyimpangan Batas Kritis.

Penetapan Prosedur Verifikasi.

Penetapan Proses Pencatatan dan Dokumentasi.

PMMT PENDEKATAN “TERPADU

  1. Keterpaduan ruang lingkup: sub.sistem sejak pra panen, produksi, pengolahan, distribusi.
  2. Keterpaduan kelembagaan: tingkat pusat maupun daerah.
  3. Keterpaduan sektor swasta dan pemerintah: produsen pengawasan mandiri, pemerintah membina dan mengawasi (mutu).

DASAR PENGEMBANGAN PMMT

  1. Upaya pencegahan: end products inspection kurang memberi jaminan keamanan.
  2. In process Inspection: mulai proses produksi sampai distribusi.
  3. Pengujian laboratorium: verifikasi.
  4. Peranan swasta: pengawasan mandiri.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Membersihkan Laut Dari Pelastik Menggunakan Metode The Ocean Cleanup

Penemu Boyan Slat sedang dalam misi untuk membersihkan lautan dari plastik. Timnya di The Ocean Cleanup merancang dan menyebarkan sistem yang menarik sampah dari laut lepas. Sekarang, dia menghentikan polusi dari sumbernya: sungai-sungai di mana plastik lebih mudah di angkat.

Ketika Boyan Slat berusia 16 tahun dia pergi menyelam dan berharap untuk melihat semua terumbu karang dan ikan yang indah, dan saya melihat sekitarnya hanya melihat banyak kantung pelastik daripada ikan dan ini sangat mengejutkan dan mengecewakan hingga dia bertanya pada dirinya sendiri.

Mengapa kita tidak bisa membereskannya saja?

Polusi pelastik adalah salah satu ancaman terbesar yang dihadapi lautan kita saat ini. sangat penting bagi kita untuk memiliki keyakinan bahwa kita bisa membersihkannya.

Boyan bercerita segera setelah pengalaman menyelamku, aku harus membuat makalah sains saat masih di sekolah menengah dan saya memutuskan untuk mempelajari polusi pelastik dan bagaimana saya bisa membersihkannya.

Ide awal adalah untuk memiliki penghalang terapung yang sangat panjang ditengah laut yang melekat pada dasar laut yang akan memanfaatkan arus alami laut  untuk mengumpulkan pelastik. pada tahun 2013, konsep yang terdengar sederhana itu mendorong Boyan Slat untuk meluncurkan upaya terbesar hingga saat ini untuk menghilangkan pelastik dari lautan seluruh dunia.

Boyan : Ide awal itu memicu imajinasi, banyak orang diseluruh dunia yang kemudian memungkinkan kami mengumpulkan uang dan membentuk tim pertama untuk memulai The Ocean Cleanup. Skala masalah menuntut skala misi, diperkirakan hingga 14 juta ton sampah pelastik berakhir di lautan dunia ini setiap tahun. Boyan terjun ke bidang yang lebih dalam, mengumpulkan dana lebih dari $2 juta dan menargetkan area yang disebut “Great Pacific Garbage Patch” ini adalah konsentrasi sampah pelastik terbesar di palanet ini. 87.000 ton mengambang tepat dibawah permukaan semuanya berjumlah 5 lokasi: 2 di pasifik, 2 di Atlantik dan 1 di Samudera Hindia.

Pelastik ini sangat tahan lama, dapat bertahan di lingkungan selama ratusan tahun. Puing-puing sampah pelastik tersebut sebagian besar mengapung di beberapa meter pertama kolom air setiap tahunnya, membunuh ribuan Burung Laut, Kura-Kura, Ikan Paus, dan mamalia laut lainnya. beberapa hewan terjerat di dalamnya, yang lain mengira itu makanan. Pelastik mengganggu pencernaan dan menimbulkan malapetaka pada organ-organ tubuh mereka. Manusia juga terkena dampaknya, pelastik-pelastik terurai menjadi potongan-potongan kecil, yang kemudian masuku ke rantai makanan. ada 3 Miliar orang yang mengandalkan makanan laut sebagai menu utama sehari-hari sebagai sumber protein hewani.

Mikropelastik menumpuk disetiap langkah dalam rantai makanan dan masuk ke jaringan makanan laut yang kita makan.  (Dan mereka juga ditemukan seperti air keran, bir dan garam). Bahan kimia tersebut merusak sistem endokrin dan menyebabkan gangguan reproduksi, kekebalan tubuh, dan neurologis bagi manusia dan satwa liar.

Ada orang di luar sana yang ingin melihat lautan dibersihkan.seperti halnya kita ingin melihat lautan bersih. dukungan yang kami terima dari para penyandang dana, pengikut media sosial, pemerintah, perusahaan, sungguh membuat kami senang dan memberi saya banyak harapan. Namun butuh waktu bertahun-tahun untuk membuat prototipe guna mendapatkan desain yang mereka sukai, kami telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan sistem yang tidak berfungsi, yang rusak, yang tidak mengumpulkan pelastik.

Pada tahun 2021 The Ocean Cleanup muncul dengan sistem dua bejana yang menarik boom apung yang membawa lapisan kedap air.

Pada tahun 2021 The Ocean Cleanup muncul dengan sistem dua bejana yang menarik boom apung yang membawa lapisan kedap air. ketika pinggirannya terisi, sampah diangkut dan dibawa ke pantai untuk di daur ulang. bagi say titik baliknya adalah ketika saya bangun pagi saya membuka ponsel saya lalu saya melihat mobilephone lalu saya melihat foto tumpukan sampah di atas dek kapal kami. itulah saat yang benar-benar membuat saya tahu,oke ini bisa dilakukan.

Hingga 2021 kami telah mengumpulkan total sekitar 7.000 kilogram, itu jumlah yang bisa kami kumpulkan dalam satu setengah hari, dari tumpukan sampah pelastik di pasifik besar. keberhasilan ini telah mengilhami target yang sangat ambisius:untuk menghilangkan sampah pelastik 90% di laut yang mengambang pada tahun 2040.

Usaha itu akan membutuhkan armada sistem seperti ini yang juga menangani tumpukan sampah lainnya. tetapi itu pun tidak akan menghentikan masalah pelastik baru yang mengalir ke lautan. Boyan : tentu saja lebih bijaksana untuk mencegahnya masuk ke laut daripada menanggung konsekuensinya di hilir.

Boyan memperluas operasinya untuk menargetkan sungai-sungai utama yang mencemari laut.

Hanya sekitar 1.000 sungai yang memuntahkan sekitar 80% sampah pelastik ke lautan. secara global, sebagian besar pelastik sebenarnya dikelola dengan baik. Namun, sebagian kecilnya tidak dikumpulkan, terutama di negara-negara yang tingkat kemiskinannya tinggi. yang tidak memiliki dana untuk pengumpulan sampah. Pembersihan laut dimulai dengan beberapa sungai dari paling tercemar terlebih dahulu. Di Guatemala, Indonesia, Malaysia, USA dan Jamaika.

Masyarakat di sepanjang sungai ini sering menghadapi resiko kesehatan terbesar akibat air yang tercemar. Jadi Boyan dan timnya bermitra dengan organisasi lokal untuk memberikan arahan dan dampak. Disini di Kingston ibu kota Jamaika,kesehatan dan mata pencaharian masyarakat nelayan dipertaruhkan. Seorang pegawai pemerintahan yang mengurusi lingkungan hidup Alecia Beaufort berkata: bagi saya yang terpenting adalah kita memperbaiki masalah ini.

Alecia melihat negaranya yang semarak dibanjiri oleh sampah pelatik yang dibuang. puing-puing ini menumpuk selama lebih dari 60 tahun di Jamaika, khususnya di Kingston. Ketika anda makan ikan,anda harus berhati-hati dan mencari tahu dari mana asalnya. Para nelayan berjuang melawan semua pelastik yang merusak lingkungan tempat mereka bekerja,  sehingga mereka cenderung melaut lebih jauh, hanya untuk mencari ikan yang lebih bagus kualitasnya.

Jamaika pernah menjadi salah satu pengguna kantong pelastik per kapita tertinggi. Namun pada tahun 2019, mereka dilarang menggunakan pelastik untuk di pusat perbelanjaan. Alecia dan timnya menggunakan momentum itu untuk mengorganisasikan pembersihan pantai di seluruh negeri dan memanfaatkan kesempatan untuk bermitra dengan tim Boyan Slat.

Alecia melakukan persentasi dengan timnya dan menanyakan setiap hari berapa banyak sampah pelastik yang mereka dapatkan..??

The Ocean Cleanup datang ke Jamaika,dan mereka dapat memulai apa yang sekarang kita sebut Proyek Pembersihan Pelabuhan Kingston.

Kami berencana untuk pertama-tama, membuang semua sampah yang telah menumpuk di sana selama bertahun-tahun. ini pekerjaan besar, sekitar 2000 truk sampah pelastik dibuang ke perairan Jamaika setiap tahunnya. sebagian besar saluran air di Jamaika merupakan apa yang kita sebut selokan beton bauatan. Parit-parit ini pada dasarnya memungkinkan limpasan air saat musim hujan dan airnya dialirkan langsung ke laut. Menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari pembersihan sungai lainnya, mereka bersiap menghadapi tantangan tersebut.

Boyan dan tim sedang melakukan rapat untuk membereskan penanganan sampah dari sungai di Jamaika. Boyan melakukan petunjuk teknis dalam pelaksanaan pengangkutan sampah pelastik dari Jamaika. Jamaika adalah proyek yang cukup unik karena alih-alih hanya menangani satu sungai, kita sebenarnya menangani seluruh kota Kingston. disini Boyan dan tim memilih sistem yang disebut penghalang pencegat. Boyan mengatakan ini adalah pertama kalinya menangani jenis sungai yang kami lihat di Jamaika, sungainya sangat dangkal dan sangat sempit.

Penghalang dan pencegat bekerja seperti sistem lautan kecuali jaring permeabelnya tetap di tempatnya untuk menangkap serpihan. saat hujan, pelastik akan mengalir cepat ke hilir dan maasuk kedalam perangkap yang kami buat. tim pergi ke hulu untuk melihat berapa banyak yang diharapkan. semua puing-puing yang mengambang akan terperangkap oleh penghalang dan pencegat. Hujan lebat memberikan kesempatan yang baik untuk menguji sistem sebelum mereka memperluasnya ke selokan lainnya.kita dapat melihat semua botol dan pelastik terperangkap di alat yang kami pasang. Boyan dan tim juga memantau satwa liar yang mungkin terperangkap di jaring.

Metode ini efektif dan kami sangat gembira karenanya dan saya pikir kedepannya kami dapat berbuat lebih banyak lagi dikatakan oleh salahsatu staf dari Ocean Cleanup. saat hujan reda tim mengumpulkan sampah dan membawanya ke darat. Alecia berkata kami kemudian munuju ke penghalang itu sendiri dengan mesin buatan kami yang disebut tender interseptor. untuk menurunkan sampah pelastik. Pelastik dipisahkan, dicuci, dan kemudian dikemas untuk mitra daur ulang kami. Apapun yang tidak dapat didaur ulang kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Alecia memperkerjakan orang-orang terdekat yang bekerja di lokasi sungai. mereka paham bahwa masalahnya bukan hanya masalah mereka.sekarang sungai yang ada di Kingston jamaika sudah lebih baik berkat Ocean Cleanup. membuat Jamaika lebih baik, dan sungainya sudah tidak mengeluarkan aroma yang tidak sedap. ini bukan hanya tentang memiliki teknologi di sungai. anda memerlukan seluruh konsorsium mitra disekitar sungai untuk mensukseskan proyek disekitar sistem. sejak pencegat pertama dipasang, Ocean Cleanup telah memasang 6 pencegat lagi, dan 4 pencegat lainnya sedang dalam perjalanan menuju Jamaika.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Exit mobile version