Lewat bantuan citra satelit sangat membantu untuk menentukan lokasi pengembangan wisata bahari di suatu daerah.
Sebagai salah satu negara kepulauan Indonesia jelas dikaruniai sumber daya laut yang begitu besar. Potensi dari sumber daya alamnya, khususnya yang ada di laut sangat besar, mungkin jauh lebih besar dari yang diperkirakan selama ini. Hal itu disebabkan masih banyak potensi sumber daya laut yang dimiliki belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, bahkan ada diantaranya yang belum tergali atau teridentifikasi.
Untuk itu sebagai salah satu ikhtiar untuk mendapatkan informasi mengenai sumberdaya alamnya adalah denganmenggunakan teknologi penginderaan jarak jauh. Ini sebenarnya merupakan teknologi penginderaan yang memanfaatkan citra (informasi data) satelit dan menggabungkannya dengan Sistem Informasi Geografis. Lewat bantuan inderaja ini dimungkinkan untuk menentukan lokasi yang tepat untuk dikembangkan sebagai lokasi wisata bahari.
Salah satu satelit yang dapat digunakan untuk penginderaan jarak jauh adalah satelit Landsat 7 ETM. Satelit ini mampu memberikan data yang akurat mengenai potensi sebuah kawasan untuk dijadikan obyek wisata bahari. Dalam menentukan kawasan untuk obyek wisata bahari memerlukan analisa yang mempertimbangan beberapa parameter. Diantaranya kecerahan perairan, tutupan (kondisi) terumbu karang, keanekaragaman jenis karang dan biota laut lainnya yang hidup disekitar terumbu karang tersebut, kedalaman dasar periaran serta kecepatan arus.
Memang tidak semua parameter itu dapat diukur melalui penginderaan jarak jauh. Parameter yang dapat diukur menurut Bambang Trisakti mewakili para peneliti Inderaja dari BRIN adalah kecerahan peraiaran, sebaran atau tutupan terumbu karang dan kedalaman perairan. Walupun begitu, ketiga parameter tadi merupakan parameter yang berpengaruh sangat besar dalam menentukan zona potensi kawasan wisata bahari.
Sebagai contoh perairan yang jernih akan sangat menarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Di perairan yang jernih tentunya akan memudahkan wisatawan untuk menikmati keindahan panorama yang ada di bawah air. Kecerahan juga merupakan indikasi bahwa di kawasan periaran tersebut ekosistem terumbu karangnya hidup dengan baik. Parameter kedalaman perairan dibutuhkan untuk segi keselamatan para wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut.
Salah satu teknik untuk menentukan lokasi yang strategis untuk membangun obyek wisata bahari. BRIN melalui bantuan citra satelit Landsat 7 ETM, yang menggunakan resolusi spasial 30 m. Wilayah kajian dari peneilitian BRIN ini adalah kawasan perairan sekitar provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pertama-tama data citra satelit yang telah didapat dikoreksi ketelitian geometriknya. Ini dilakukan untuk menghilangkan kesalahan posisi yang dibuat oleh satelit. Lalu dilanjutkan dengan koreksi radiometrik, yakni untuk mengeliminisasi gangguan yang terjadi pada lapisan atmosfir. Setelah itu dilakukan proses penggabungan citra dan klasifikasi menjadi wilayah laut, darat dan awan. Tahap selanjutnya adalah citra wilayah laut itu dikonversi menjadi beberapa parameter fisik yang diperlukan menggunakan formula yang sudah teruji pada penelitian sebelumnya.
Tingkat kecerahan perairan diidentifikasi dengan menggunakan kanal visible biru yang mempunyai kemampuan terbesar untuk menembus kolom air. Kegiatan pariwisata bahari, khususnya menyelam dan snorkeling sangat membutuhkan tingkat kecerahan yang tinggi mencapai lebih dari 10 meter. Hal ini disebabkan karena kegiatan tersebut bertujuan untuk menikmati keindahan panorama yang terdapat di bawah permukaan air.
Berdasarkan tingkat kecerahan perairan yang diperoleh dari data citra, diketahui bahwa nilai kecerahan rat-rata perairan NTB berkisar antara 8 -13 meter. Sedangkan berdasarkan standar baku mutu air maka tingkat kecerahan perairan NTB tergolong dalam tingkat yang diinginkan, artinya memiliki kualitas air yang baik. Perairan dengan kecerahan yang rendah menandakan kualitas airnya kurang baik dengan tingkat bahan organik terlarut atau tingkat sedimentasi yang sangat tinggi.
Ekosistem terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagi pelindung ekosistem pesisir, penyedia nutrient, tempat pemijahan dan berkembang bagi berbagai biota laut. Dari segi estitika, terumbu karang yang masih utuh menampilkan pemandangan yang sangat indah yang jarang dapat ditandingi oleh ekosistem laut lainnya. Oleh karena itu taman laut yang terdapat di pulau atau pantai yang mempunyai terumbu karang merupakan obyek pariwisata yang sangat terkenal, seperti pantai Bunaken di Sulawesi Utara.
Kenampakan terumbu karang dapat diperoleh dari citra Landsat dengan menggunakan kombinasi kanal visible dan infra merah, kemudian dapat diklasifikasi secara lebih detail dengan model transformasi Lyzengga. Apabila di bawah permukaan air suatu pulau terdapat terumbu karangnya maka akan tampak teridentifikasi pada citra komposit RGB 542 dengan warna biru terang.
Dalam penetuan zona pariwisata bahari, kedalaman perairan mempunyai bobot yang lebih kecil dibandingkan parameter lainnya. Hal ini dikarenakan faktor kedalaman tidak membatasi secara mutlak parameter lainnya. Sebagai gambaran, kedalaman perairan meskipun merupakan faktor yang yang membatasi pertumbuhan terumbu karang, tetapi pada perairan yang jernih dan kondisi lingkungannya yang memungkinkan, terumbu karang dapat hidup sampai kedalaman 50 meter. Mengukur kedalaman perairan diperoleh dengan cara digitasi titik kedalaman dari peta bathimetri untuk seluruh wilayah NTB, kemudian melakukan proses interpolasi dan pembuatan kontur.
Untuk langkah berikutnya adalah mempertimbangkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan bila daerah tersebut ingin dikembangkan sebagi lokasi pariwisata bahari. Aspek tersebut meliputi jalur hijau pantai, fenomena alam yang berdampak pada wilayah pesisir, daya dukung sarana/prasarana yang tersedia, dan pencemaran perairan.
Jalur hijau pantai yag dimaksud adalah upaya melestarikan keberadaan mangrove sebagai penyangga keseimbangan ekosistem wilayah pesisir. Karena hutan mangrove berfungsi sebagai penahan abrasi pantai dan tempat pemijahan, pembesaran dan tempat mencari makan berbagai macam biota laut. Pengembangan kegiatan pariwisata bahari di sekitar wilayah hutan mangrove seringkali berdampak terhadap kerusakan hutan-hutan mangrove, sehingga mengakibatkan hilangnya pelindung pantai dan tempat/habitat biota laut dipesisir pantai.
Hasil citra satelit tersebut menunjukkan bahwa Provinsi NTB mempunyai daerah potensi pariwisata bahari yang sangat besar dengan kondisi yang masih terjaga kelestariannya. Namun demikian informasi tersebut masih merupakan tahap awal, pelaksanaan selanjutnya masih memerlukan perencanaan yang rinci sesuai dengan kondisi tiap-tiap lokasi untuk menjamin keseimbangan lingkungan serta kelestarian obyek wisata tersebut.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Lobster Air Tawar capit merah atau redclaw (Cherax quadricarinatus) merupakan udang-udangan dengan bentuk badan seperti lobster air laut tetapi semua siklus hidupnya berlangsung di air tawar.
Besarnya Produktivitas induk lobster dapat dinilai dari tingginya produksi dalam satu kali siklus budidaya, dimana tingginya kualitas produksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu pemilihan induk yang baik. Induk yang baik yaitu memiliki pertumbuhan yang cepat, secara morfologi organ tubuhnya lengkap atau tidak cacat, sehingga diharapkan dapat menghasilkan larva dalam jumlah banyak.
Dalam proses produksinya induk lobster melakukan pengeraman telur hingga menetas, telur yang dierami terletak pada bagian abdomen dari tubuh induk. Jumlah telur yang dierami oleh induk dipengaruhi oleh ukuran abdomen, semakin cepat pertumbuhannya maka akan mempengaruhi panjang dan berat tubuh induk .Melihat dari cara perkembangbiakannya maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah panjang dan berat induk memiliki hubungan terhadap jumlah produksi larva yang dihasilkan.
METODE PENELITIAN
Data yang diperoleh menggunakan metode observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan secara sistemaik terhadap gejala atau fenomena yang diselidik.
Pengumpulan Data
Data yang diperoleh menggunakan metode Sensus. Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian, yaitu induk lobster yang siap untuk dirontokkan. Waktu pengambilan data hanya dilakukan jika ada lobster yang siap untuk dirontokkan. Pada saat pengambilan data tidak ditentukan jumlahnya, artinya tergantung dari jumlah lobster yang siap dirontokkan, selama waktu penelitian induk yang dihitung larvanya yaitu berjumlah 50 ekor.
Data yang dikumpulkan meliputi: Berat induk lobster, panjang induk lobster, dan jumlah larva yang dihasilkan oleh induk lobster.
Berat induk Lobster diukur pada saat larva telah dirontokkan, dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 1 gram.
Setelah pengukuran berat kemudian dilakukan pengukuran panjang induk lobster yang dimulai dari ujung rostrum sampai dengan ekor, menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm.
Jumlah larva dihitung setelah perontokan larva, menggunakan handcounter
Analisa Data
Data hasil penelitian yang meliputi berat, panjang dan jumlah larva dimasukkan kedalam tabel (tabulasi), dan dibuat deskripsi statistik. Untuk melihat hubungan antara bobot dan panjang induk terhadap produksi larva di gunakan analisis regresi dan korelasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Panjang Tubuh Induk Lobster (cm) Dengan Jumlah Produksi Larva (ekor)
Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan data panjang induk lobster dan jumlah larva yang dihasilkan seperti tercantum pada Tabel 1 di bawah ini.
Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa panjang tubuh induk terkecil yaitu 8,3 cm dengan jumlah larva yang dihasilkan sebanyak 162 ekor, dan panjang induk terbesar yaitu 13,7 cm dengan jumlah larva yang dihasilkan yaitu sebanyak 691 ekor, dari jumlah sampel induk yang diambil yaitu sebanyak 50 ekor didominasi oleh ukuran panjang induk 10,8 cm yaitu sebanyak 9 ekor.
Dari data panjang tubuh induk dan jumlah larva yang dihasilkan di atas dapat dibuat deskripsi statistik seperti pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 2. Deskripsi Panjang Tubuh Induk (cm) dan Jumlah Larva (ekor)
Hubungan panjang tubuh induk dan jumlah larva dapat dibuat grafik seperti tersaji pada gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Grafik Hubungan Panjang Tubuh Induk (cm) dengan Jumlah Larva yang dihasilkan (ekor).
Grafik pada gambar 1 adalah garis yang mewakili semua titik hubungan antara variable x (panjang tubuh) dan variabel y (jumlah larva) dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9028 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8151. Gambar 2 diatas arah garis hubungan miring kekanan artinya panjang tubuh dengan jumlah larva berhubungan positif, semakin panjang tubuh induk semakin meningkatkan jumlah produksi larva.
Hubungan Berat Tubuh Induk Lobster (gram) Dengan Jumlah Produksi Larva (ekor)
Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan data berat tubuh induk lobster dan jumlah larva seperti tercantum pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Data Berat Tubuh Induk (gram) dan Jumlah Larva (ekor)
Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa berat tubuh induk terkecil yaitu 25 gr dengan jumlah larva yang dihasilkan sebanyak 162 ekor, dan berat induk terbesar yaitu 48 gr dengan jumlah larva yang dihasilkan yaitu sebanyak 691 ekor, dari jumlah sampel induk yang diambil yaitu sebanyak 50 ekor didominasi oleh ukuran berat induk 48 gr yaitu sebanyak 9 ekor.
Dari data berat tubuh induk dan jumlah larva yang dihasilkan di atas dapat dibuat deskripsi statistik seperti pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3. Deskripsi Berat Tubuh Induk (gr) dan Jumlah Larva (ekor).
Hubungan berat tubuh induk dan jumlah larva dapat dibuat grafik seperti tersaji pada gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Grafik Hubungan Berat Tubuh Induk (gram) dengan jumlah Larva.
Grafik pada gambar 3 adalah garis yang mewakili semua titik hubungan antara variable x (berat tubuh) dan variabel y (jumlah larva) dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,805 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,897. Gambar 3 diatas arah garis hubungan miring kekanan artinya berat tubuh dengan jumlah larva berhubungan positif, semakin berat tubuh induk semakin meningkatkan jumlah produksi larva.
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian menunjukkan kisaran yang tidak membahayakan bagi kehidupan induk lobster . Data parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Kualitas Air Selama Penelitian
Pembahasan
Pada pengambilan data panjang tubuh induk dan jumlah produksi larva yang diambil pada 50 ekor induk lobster didapatkan data panjang tubuh induk lobster dengan nilai kisaran yaitu nilai panjang terendah 8,3 cm dan nilai panjang tertinggi 13,7 cm, serta jumlah produksi larva dimana jumlah produksi larva terendah yaitu 162 ekor dan jumlah larva tertinggi yaitu 691 ekor.
Komposisi panjang tubuh induk lobster dan jumlah produksi larva seperti tertera pada Tabel 1, dimana hasil perhitungan hubungan antara keduanya dengan menggunakan analisa regresi didapatkan persamaan sebagai berikut Y= 112,39x – 848,51. Hubungan panjang tubuh dengan jumlah larva dapat dibuat grafik seperti pada gambar 1. Menurut Wooton (1995), jumlah larva merupakan fungsi dari ukuran tubuhnya. Hubungan panjang tubuh dengan jumlah larva diperoleh diagram pencaran yang ditunjukkan oleh garis best fit dimana titik-titik yang merupakan variabel x (panjang tubuh induk) dan variabel y (jumlah larva) menyebar disekitar garis. Hal ini berarti terdapat hubungan yang erat diantara kedua varibel tersebut dengan diperolehnya koefisien korelasi (r) sebesar 0,902 dari hasil analisa regresi yang juga menunjukkan adanya korelasi positif antara panjang tubuh induk dan jumlah larva yang dihasilkan.
Hasil Uji t dengan menggunakan taraf uji 95 % menunjukkan bahwa persamaan regresi hubungan panjang tubuh induk dengan jumlah larva dapat digunakan untuk menduga jumlah larva yang diproduksi berdasarkan panjang tubuh induk dan sebaliknya. Seperti yang dikemukakan Effendie (1997) bahwa jumlah larva sering dihubungkan dengan panjang dan cenderung terdapat hubungan yang erat diantara keduanya.
Menurut Effendie (1997), jumlah larva yang dihasilkan oleh induk udang selain dipengaruhi ukuran tubuh juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti persediaan makanan, kepadatan populasi, suhu, oksigen. Effendie juga menambahkan bahwa semakin panjang tubuh induk, maka akan semakin panjang rongga perut dalam tubuhnya. Sehingga pengisian gonad dalam rongga tubuh udang juga akan membesar seiring dengan pertumbuhan panjang. Semakin besar gonad udang maka fekunditasnya akan semakin besar pula dan pada akhirnya jumlah larva yang dihasilkan akan semakin banyak.
Kematangan kelamin udang pertama kali dicapai pada umur 3-4 bulan dengan panjang badan 10-12 cm . Jumlah larva yang dihasilkan dipengaruhi oleh umur, ukuran, dan pakan yang dikonsumsi. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap 1 cm panjang tubuh induk udang dapat menghasilkan larva 10-20 ekor (Hadie dan Emmawati, 2002), selain itu hadie dan emmawati juga menambahkan jumlah larva yang dihasilkan juga dipengaruhi aktifitas selama masa pengeraman, karena selama masa pengeraman induk selalu mengerak-gerakkan kaki renangnya untuk mensuplai kebutuhan oksigen telur, dimana pergerakan kaki-kaki renang induk tersebut dapat menyebabkan telur yang dierami terlepas dari tubuh induknya sehingga telur tersebut tidak dapat menetas yang pada akhirnya dapat mengurangi produksi larva.
Pada pengambilan data berat tubuh induk dan jumlah produksi larva yang diambil pada 50 ekor induk lobster didapatkan data berat tubuh induk lobster dengan nilai kisaran yaitu nilai berat terendah 25 g dan nilai berat tertinggi 48 g, serta jumlah produksi larva dimana jumlah produksi larva terendah yaitu 162 ekor dan jumlah larva tertinggi yaitu 691 ekor.
Dengan menggunakan analisa regresi didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,805 yang berarti jumlah produksi larva dipengaruhi oleh berat tubuh induk lobster, dimana pengaruh berat tubuh induk lobster terhadap jumlah produksi larva adalah sebesar 80,5 %.hubungan antara berat tubuh induk lobster terhadap jumlah produksi larva yang dapat ditunjukkan dengan garis best fit yang mewakili titik-titik antara variabel x (berat tubuh induk) dan variabel y (jumlah larva) seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Menurut Steffens (1989), pertumbuhan lobster meliputi pertambahan panjang dan pertambahan berat, dimana pertumbuhan akan terjadi baik dalam pertambahan panjang atau berat dari ikan hanya jika kebutuhan akan jumlah pakan yang dicerna sesuai dengan kebutuhan untuk kegiatan pemeliharaan tubuh. Disamping itu untuk meramu makanan udang bahan baku untuk pakan dibagi dalam dua golongan menjadi dua kelompok, yaitu bahan baku makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan ikutannya, merupakan sumber karbohidrat yang mengandung serat kasar tinggi, oleh karena itu bahan ini sangat sedikit digunakan karena udang tidak efisien untuk mencerna bahan baku golongan ini, kelompok yang lain yaitu kelompok bahan baku makanan yang berasal dari hewan dan ikutannya, merupakan sumber protein dan asam amino yang relatif cukup lengkap, dengan rata-rata serat kasar yang dikandungnya relatif rendah. Maka sangat potensial untuk makanan udang, hanya umumnya harganya relatif mahal dibandingkan dengan bahan baku dari tumbuhan dan ikutannya
Pakan yang dikonsumsi oleh induk lobster akan digunakan untuk berbagai aktifitas fisiologis dalam tubuh induk lobster seperti perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, pertumbuhan dan juga untuk reproduksi dalam hal ini yaituuntuk memproduksi telur, oleh karena itu induk lobster memerlukan pakan yang secara kualitas memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama protein yang berasal dari bahan hewani (Murtidjo, 2006).
Menurut Wiyanto dan Hartono (2003), kemampuan induk lobster dalam menghasilkan telur tergantung pada pakan yang diberikan dan kepadatan populasi, disamping itu kamampuan induk dalam menghasilkan telur juga dipengaruhi oleh ukuran carapace abdomen dalam tubuh induk lobster karena dalam masa reproduksi lobster terdapat masa pengeraman telur selama 40-45 hari, dimana telur yang dierami ditampung di bagian bawah abdomen di sekitar kaki-kaki renang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Terdapat hubungan antara panjang tubuh induk dengan jumlah produksi larva yang ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8151 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,9028 yang berarti bahwa pengaruh panjang tubuh induk terhadap jumlah produksi larva yaitu sebesar 90,28%. Dimana hubungan antara panjang tubuh induk lobster dengan jumlah produksi larva dapat dibuat persamaan regresi dengan persamaan Y = 112,39x -84851.
Terdapat hubungan antara berat tubuh induk dengan jumlah produksi larva induk larva yang ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,897 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,805 yang berarti bahwa pengaruh berat tubuh induk terhadap jumlah produksi larva yaitu sebesar 80,5%. Dimana hubungan antara berat tubuh induk lobster dengan jumlah produksi larva dapat dibuat persamaan regresi dengan persamaan Y = 13,32x – 11,29
Dilihat dari hasil, bahwa panjang memiliki hubungan yang lebih erat terhadap produksi larva dibanding dengan berat pada tubuh induk.
Saran
Saran yang diberikan dalam penelitian ini yaitu bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai produksi larva berdasarkan ukuran tubuh induk yang berasal dari berbagai tempat dengan maksud untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi produksi larva dari induk lobster, di luar keadaan morfologi induk lobster seperti keadaan cuaca, letak geografis, wadah pembenihan, pakan, dan masih banyak faktor-faktor lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K.2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta
Buwono, I.D. 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengeloloaan Berpola Intensif. Kanisius. Yogyakarta
Darmono, 1991. Budidaya Udang penaeus. Kanisius. Yogyakrta
Dinas Perikanan Propinsi Jawa Tengah. 1996. Pengelolaan Air Pada Budidaya Udang. Dinas Perikanan. Jawa Tengah. Semarang
Effendie, H.2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M.I.1979. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB, Bogor
Hadie. S. 1987. Metode Penelitian. Gadjah Mada Press. Yogyakrta
Hadie, W. dan Supriatna, J. 1998. Pengembangan Udang Galah Dalam Hatchery dan Budidaya. Kanisius. Yogyakrta
Hanafiah, A.K. 1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta
Iskandar.2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka, Jakarta
Martosudarmo, B. dan B.S. Ranoemiharjo. 1980. Biologi Udang penaid. Ditjen Perikanan, Jakarta
Mudjiman, A. 1998. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya. Jakarta
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur, Kanisius. Yogyakrta
Santosa, dan Ashari.2003. Statistik Toeri Dengan Program MS Excel dan SPSS Versi 11. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Srigandono, B. 1981. Rancangan Percobaan. Universitas Diponegoro. Semarang
Sudjana, 1989. Desain dan Analisis. Tarsito. Bandung
Sukmajaya, Y. Dan Suharjo,I. 2003 Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia, Jakarta.
Wardoyo, S.T.H. 1983. Pengelolaan Kualitas Air. Proyek peningkatan Mutu Perguruan Tinggi, IPB. Bogor
Wiyanto, H.R. dan Hartono, R. 2003. Lobster Air Tawar Pembenihan dan Pembesaran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wiyanto, H.R. dan Hartono, R. 2003. Merawat Lobster Hias di Akuarium. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Sistem Jaminan Keamanan Pangan Mendasarkan pada kesadaran bahwa Bahaya dapat timbul pada setiap titik atau Tahap Produksi Namun dapat dilakukan pencegahan melalui Pengendalian Titik-Titik Kritis.
HACCP Menekankan Pada pencegahan kontaminasi dari pada menguji kontaminasi.
Terminologi HACCP
Hazard: suatu unsur/kondisi pangan bersifat biologi, kimia, fisik yang berpotensi menyebabkan dampak buruk pd kesehatan
Critical Control Point: Suatu tahapan dimana tindakan pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau mengeliminasi/ mereduksi bahaya keamanan sampai batas yg dpt diterima.
Critical Limit: suatu kriteria/nilai yang membatasi keberterimaan dan ketidakberterimaan.
Control Point: tahapan dimana tindakan pencegahan dan/ atau pengendalian diambil karena tuntutan GMP, regulasi, reputasi produk, atau korporat/kebijakan perusahaan.
Corrective Action: suatu tindakan yang dilakukan ketika hasil monitoring CCP mengindikasikan kehilangan kendali (melampaui batas kritis).
Karateristik HACCP
Pendekatan sistematik
Proaktif
Usaha dari suatu tim (team effort)
Teknik common sense
Sistem hidup dan dinamik
Keuntungan HACCP bagi pangan:
Meningkatkan volume penjualan: Konsumen yakin bahwa tingkat keamanan yang diingini telah tercapai.
Efisiensi biaya Mengurangi pemborosan sumber daya dengan memusatkan factor-faktor yang relevan (Cost effectiveness), Penolakan lebih sedikit.
Meningkatkan kepuasan pelanggan.
Marketing: Selling point.
Sumberdaya manusia: Memberikan kepercayaan diri yang tinggi pada bisnis dan dan karyawan, Memperbaiki pengertian dan motivasi kerja tim.
Otoritas berwenang yakin bahwa tingkat keamanan sesuai standar.
BANGUNAN, FASILITAS & PERALATAN
Konstruksi mudah dibersihkan.
Tidak mengkontaminasi produk.
Layak untuk operasional penanganan & pengolahan.
MELIPUTI:
1) Lokasi pabrik: efek industri lain, bebas banjir, limbah/sampah
7) Peralatan: bahan, design, sesuai peruntukannya.
GMP (Good Manufacturing Practices) adalah Pedoman persyaratan dan tata cara berproduksi yang baik bagi suatu unit pengolahan ikan
GMP utk memastikan mutu produk dan menjamin tingkat dasar pengendalian keamanan pangan.
SSOP (Sanitation Standar Operation Prosedur) adalah pedoman persyaratan operasi sanitasi di unit pengolahan ikan.
SSOP untuk menjamin bahwa prosedur dan proses sanitasi dapat secara efisien mengendalikan bahaya keamanan pangan yang umum dijumpai dilingkungan pengolahan dan operasi.
Penemu Boyan Slat sedang dalam misi untuk membersihkan lautan dari plastik. Timnya di The Ocean Cleanup merancang dan menyebarkan sistem yang menarik sampah dari laut lepas. Sekarang, dia menghentikan polusi dari sumbernya: sungai-sungai di mana plastik lebih mudah di angkat.
Ketika Boyan Slat berusia 16 tahun dia pergi menyelam dan berharap untuk melihat semua terumbu karang dan ikan yang indah, dan saya melihat sekitarnya hanya melihat banyak kantung pelastik daripada ikan dan ini sangat mengejutkan dan mengecewakan hingga dia bertanya pada dirinya sendiri.
Mengapa kita tidak bisa membereskannya saja?
Polusi pelastik adalah salah satu ancaman terbesar yang dihadapi lautan kita saat ini. sangat penting bagi kita untuk memiliki keyakinan bahwa kita bisa membersihkannya.
Boyan bercerita segera setelah pengalaman menyelamku, aku harus membuat makalah sains saat masih di sekolah menengah dan saya memutuskan untuk mempelajari polusi pelastik dan bagaimana saya bisa membersihkannya.
Ide awal adalah untuk memiliki penghalang terapung yang sangat panjang ditengah laut yang melekat pada dasar laut yang akan memanfaatkan arus alami laut untuk mengumpulkan pelastik. pada tahun 2013, konsep yang terdengar sederhana itu mendorong Boyan Slat untuk meluncurkan upaya terbesar hingga saat ini untuk menghilangkan pelastik dari lautan seluruh dunia.
Boyan : Ide awal itu memicu imajinasi, banyak orang diseluruh dunia yang kemudian memungkinkan kami mengumpulkan uang dan membentuk tim pertama untuk memulai The Ocean Cleanup. Skala masalah menuntut skala misi, diperkirakan hingga 14 juta ton sampah pelastik berakhir di lautan dunia ini setiap tahun. Boyan terjun ke bidang yang lebih dalam, mengumpulkan dana lebih dari $2 juta dan menargetkan area yang disebut “Great Pacific Garbage Patch” ini adalah konsentrasi sampah pelastik terbesar di palanet ini. 87.000 ton mengambang tepat dibawah permukaan semuanya berjumlah 5 lokasi: 2 di pasifik, 2 di Atlantik dan 1 di Samudera Hindia.
Pelastik ini sangat tahan lama, dapat bertahan di lingkungan selama ratusan tahun. Puing-puing sampah pelastik tersebut sebagian besar mengapung di beberapa meter pertama kolom air setiap tahunnya, membunuh ribuan Burung Laut, Kura-Kura, Ikan Paus, dan mamalia laut lainnya. beberapa hewan terjerat di dalamnya, yang lain mengira itu makanan. Pelastik mengganggu pencernaan dan menimbulkan malapetaka pada organ-organ tubuh mereka. Manusia juga terkena dampaknya, pelastik-pelastik terurai menjadi potongan-potongan kecil, yang kemudian masuku ke rantai makanan. ada 3 Miliar orang yang mengandalkan makanan laut sebagai menu utama sehari-hari sebagai sumber protein hewani.
Mikropelastik menumpuk disetiap langkah dalam rantai makanan dan masuk ke jaringan makanan laut yang kita makan. (Dan mereka juga ditemukan seperti air keran, bir dan garam). Bahan kimia tersebut merusak sistem endokrin dan menyebabkan gangguan reproduksi, kekebalan tubuh, dan neurologis bagi manusia dan satwa liar.
Ada orang di luar sana yang ingin melihat lautan dibersihkan.seperti halnya kita ingin melihat lautan bersih. dukungan yang kami terima dari para penyandang dana, pengikut media sosial, pemerintah, perusahaan, sungguh membuat kami senang dan memberi saya banyak harapan. Namun butuh waktu bertahun-tahun untuk membuat prototipe guna mendapatkan desain yang mereka sukai, kami telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan sistem yang tidak berfungsi, yang rusak, yang tidak mengumpulkan pelastik.
Pada tahun 2021 The Ocean Cleanup muncul dengan sistem dua bejana yang menarik boom apung yang membawa lapisan kedap air.
Pada tahun 2021 The Ocean Cleanup muncul dengan sistem dua bejana yang menarik boom apung yang membawa lapisan kedap air. ketika pinggirannya terisi, sampah diangkut dan dibawa ke pantai untuk di daur ulang. bagi say titik baliknya adalah ketika saya bangun pagi saya membuka ponsel saya lalu saya melihat mobilephone lalu saya melihat foto tumpukan sampah di atas dek kapal kami. itulah saat yang benar-benar membuat saya tahu,oke ini bisa dilakukan.
Hingga 2021 kami telah mengumpulkan total sekitar 7.000 kilogram, itu jumlah yang bisa kami kumpulkan dalam satu setengah hari, dari tumpukan sampah pelastik di pasifik besar. keberhasilan ini telah mengilhami target yang sangat ambisius:untuk menghilangkan sampah pelastik 90% di laut yang mengambang pada tahun 2040.
Usaha itu akan membutuhkan armada sistem seperti ini yang juga menangani tumpukan sampah lainnya. tetapi itu pun tidak akan menghentikan masalah pelastik baru yang mengalir ke lautan. Boyan : tentu saja lebih bijaksana untuk mencegahnya masuk ke laut daripada menanggung konsekuensinya di hilir.
Boyan memperluas operasinya untuk menargetkan sungai-sungai utama yang mencemari laut.
Hanya sekitar 1.000 sungai yang memuntahkan sekitar 80% sampah pelastik ke lautan. secara global, sebagian besar pelastik sebenarnya dikelola dengan baik. Namun, sebagian kecilnya tidak dikumpulkan, terutama di negara-negara yang tingkat kemiskinannya tinggi. yang tidak memiliki dana untuk pengumpulan sampah. Pembersihan laut dimulai dengan beberapa sungai dari paling tercemar terlebih dahulu. Di Guatemala, Indonesia, Malaysia, USA dan Jamaika.
Masyarakat di sepanjang sungai ini sering menghadapi resiko kesehatan terbesar akibat air yang tercemar. Jadi Boyan dan timnya bermitra dengan organisasi lokal untuk memberikan arahan dan dampak. Disini di Kingston ibu kota Jamaika,kesehatan dan mata pencaharian masyarakat nelayan dipertaruhkan. Seorang pegawai pemerintahan yang mengurusi lingkungan hidup Alecia Beaufort berkata: bagi saya yang terpenting adalah kita memperbaiki masalah ini.
Alecia melihat negaranya yang semarak dibanjiri oleh sampah pelatik yang dibuang. puing-puing ini menumpuk selama lebih dari 60 tahun di Jamaika, khususnya di Kingston. Ketika anda makan ikan,anda harus berhati-hati dan mencari tahu dari mana asalnya. Para nelayan berjuang melawan semua pelastik yang merusak lingkungan tempat mereka bekerja, sehingga mereka cenderung melaut lebih jauh, hanya untuk mencari ikan yang lebih bagus kualitasnya.
Jamaika pernah menjadi salah satu pengguna kantong pelastik per kapita tertinggi. Namun pada tahun 2019, mereka dilarang menggunakan pelastik untuk di pusat perbelanjaan. Alecia dan timnya menggunakan momentum itu untuk mengorganisasikan pembersihan pantai di seluruh negeri dan memanfaatkan kesempatan untuk bermitra dengan tim Boyan Slat.
Alecia melakukan persentasi dengan timnya dan menanyakan setiap hari berapa banyak sampah pelastik yang mereka dapatkan..??
The Ocean Cleanup datang ke Jamaika,dan mereka dapat memulai apa yang sekarang kita sebut Proyek Pembersihan Pelabuhan Kingston.
Kami berencana untuk pertama-tama, membuang semua sampah yang telah menumpuk di sana selama bertahun-tahun. ini pekerjaan besar, sekitar 2000 truk sampah pelastik dibuang ke perairan Jamaika setiap tahunnya. sebagian besar saluran air di Jamaika merupakan apa yang kita sebut selokan beton bauatan. Parit-parit ini pada dasarnya memungkinkan limpasan air saat musim hujan dan airnya dialirkan langsung ke laut. Menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari pembersihan sungai lainnya, mereka bersiap menghadapi tantangan tersebut.
Boyan dan tim sedang melakukan rapat untuk membereskan penanganan sampah dari sungai di Jamaika. Boyan melakukan petunjuk teknis dalam pelaksanaan pengangkutan sampah pelastik dari Jamaika. Jamaika adalah proyek yang cukup unik karena alih-alih hanya menangani satu sungai, kita sebenarnya menangani seluruh kota Kingston. disini Boyan dan tim memilih sistem yang disebut penghalang pencegat. Boyan mengatakan ini adalah pertama kalinya menangani jenis sungai yang kami lihat di Jamaika, sungainya sangat dangkal dan sangat sempit.
Penghalang dan pencegat bekerja seperti sistem lautan kecuali jaring permeabelnya tetap di tempatnya untuk menangkap serpihan. saat hujan, pelastik akan mengalir cepat ke hilir dan maasuk kedalam perangkap yang kami buat. tim pergi ke hulu untuk melihat berapa banyak yang diharapkan. semua puing-puing yang mengambang akan terperangkap oleh penghalang dan pencegat. Hujan lebat memberikan kesempatan yang baik untuk menguji sistem sebelum mereka memperluasnya ke selokan lainnya.kita dapat melihat semua botol dan pelastik terperangkap di alat yang kami pasang. Boyan dan tim juga memantau satwa liar yang mungkin terperangkap di jaring.
Metode ini efektif dan kami sangat gembira karenanya dan saya pikir kedepannya kami dapat berbuat lebih banyak lagi dikatakan oleh salahsatu staf dari Ocean Cleanup. saat hujan reda tim mengumpulkan sampah dan membawanya ke darat. Alecia berkata kami kemudian munuju ke penghalang itu sendiri dengan mesin buatan kami yang disebut tender interseptor. untuk menurunkan sampah pelastik. Pelastik dipisahkan, dicuci, dan kemudian dikemas untuk mitra daur ulang kami. Apapun yang tidak dapat didaur ulang kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Alecia memperkerjakan orang-orang terdekat yang bekerja di lokasi sungai. mereka paham bahwa masalahnya bukan hanya masalah mereka.sekarang sungai yang ada di Kingston jamaika sudah lebih baik berkat Ocean Cleanup. membuat Jamaika lebih baik, dan sungainya sudah tidak mengeluarkan aroma yang tidak sedap. ini bukan hanya tentang memiliki teknologi di sungai. anda memerlukan seluruh konsorsium mitra disekitar sungai untuk mensukseskan proyek disekitar sistem. sejak pencegat pertama dipasang, Ocean Cleanup telah memasang 6 pencegat lagi, dan 4 pencegat lainnya sedang dalam perjalanan menuju Jamaika.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Principal Component Analysis (PCA) can be used to determine the relationship between water physicochemical parameters. Water physicochemical parameters are viewed based on depth, salinity, temperature, brightness, pH, dissolved oxygen (DO), organic C (in sediment), orthophosphate (in water column and sediment), nitrate (in water column and sediment), ammonia ( in water column and sediment)) and also to see if there is any grouping between stations based on these parameters.
Principal component analysis (PCOM) is used for the following reasons:
Studying a data table/matrix from the perspective of similarities between individuals (rows) and variations (columns).
Extracting important information contained in a large data table/matrix.
Produces a graphical representation that facilitates interpretation.
AKU is a descriptive statistical method that aims to display in graphic form, the maximum information contained in a data matrix (Afifi and Clark, 1996). The data matrix in question consists of observation stations as statistical individuals (rows) and water physical-chemical factors as quantitative variations (columns).
The measured physicochemical parameters of the water do not have the same units, therefore in AKU the data needs to be equalized through centralization and reduction. Thus, the analysis results are not generated from the initial parameter values but from the synthetic index obtained from a linear combination of the initial parameter values .
IF is a method to break or divide a matrix of similarities into factorial axes. The obtained factorial axes can be interpreted as correlations with the original variations. Each axis corresponds to a characteristic root of the matrix. The characteristic roots help quantify the portion of information explained by each axis. From these characteristics of roots, the number of axes to be evaluated can be determined. The characteristic roots of the matrix of similarities are transformed into class derivatives, where the corresponding axes (components) are displayed in successively larger order to minimize the number of variations in the matrix.
Determination of centralization and reduction is done by:
The center value is the difference between the initial parameter value and the average parameter value.
Center (C) = Xi – X
The reduction value is the result of dividing the value of the parameter that has been centered by the standard deviation value of that parameter.
Reduction (R) = C : Sd
R : Reduction Value
C : Initial parameter value
Sd : Standard deviation value of the parameter
To determine the relationship between two parameters, a correlation matrix approach is used which is calculated from synthetic indices:
: Correlation matrix;
: Synthetic Index Matrix;
: Transpose matrix;
The linear correlation between two parameters calculated from the synthetic index is the normalized (centered and reduced) covariance of the two parameters. The general form of the linear coefficient used (also called the Pearson coefficient) is based on the function (Legendre and Legendre, 1983).
The graphs displayed can be translated with the following references (Hofman, 2000; Sartono, 2001):
The length of a variable vector is proportional to the diversity of the variables. The longer the vector of a variable, the higher the diversity of the variable.
The cosine value of the angle between two variable vectors describes the correlation of the two variables. The narrower the angle made between the two variables, the more positive the correlation. If the angle made between the two variables is perpendicular, the correlation between the two is low. Meanwhile, if the angle is obtuse (in the opposite direction) then the correlation is negative.
The position of an object in the same direction as a variable vector is interpreted as the magnitude of the variable value for the object in the same direction. The closer the object is to the direction indicated by a variable, the higher the role of the variable for that object. Meanwhile, if the direction is opposite, the value is low.
The proximity of the location/position of two objects is interpreted as the similarity of the properties of the two objects. The closer the location of two objects, the more similar the properties indicated by the variable values.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Pencemaran akibat sampah pelastik di laut sangat memprihatinkan. sampah pelastik tidak mudah di urai sehingga dapat bertahan hingga ratusan tahun. Polusi pelastik adalah salah satu ancaman terbesar yang dihadapi lautan kita saat ini, sangat penting bagi kita untuk memiliki keyakinan untuk membersihkannya.
Puing-puing sampah pelastik tersebut sebagian besar mengapung di beberapa meter pertama kolom air setiap tahunnya, membunuh ribuan burung laut, kura-kura, ikan paus, dan mamalia laut lainnya. beberapa hewan terjerat di dalamnya, yang lain mengira itu makanan. Pelastik mengganggu pencernaan dan menimbulkan malapetaka pada organ-organ tubuh mereka.
Pelastik Adalah Bahan Yang Tak Tergantikan.
Pelastik adalah bahan yang tak tergantikan yang merupakan pusat kehidupan kita, tetapi menjadi rumit ketika kita harus membuangnya, dunia tenggelam dalam pelastik.
Seorang artis Mandi Barker menumpulkan pelastik dipantai dan dilautan diseluruh dunia dan mamerkannya untuk menggambarkan apa yang tidak dapat kita lihat tetapi secara paradoks di laut dan disamudera kita yang jauh dari penglihatan kita hanya menemukan sejumlah kecil sampah pelastik yang kita hasilkan. Jadi apa yang terjadi di dasar laut, pelastik sudah masuk ke dalam kolom air menjadi serpihan kecil dan masuk ke dalam rantai makanan.
Seorang Pakar Oceanografi dari USA Kara Lavender Law mengatakan bahwa pelastik sekarang telah menjadi bagian integral dari lautan kita seperti algae dan plankton.
Apa yang terjadi dengan pelastik di dasar laut ?
Apakah pelastik sudah masuk ke dalam rantai makanan, apakah sudah hancur menjadi serpihan-serpihan kecil sehingga kita tidak dapat lagi melacaknya.
Para ilmuwan dari seluruh dunia sedang meniliti dan bertanya-tanya apakah hal ini merubah ekosistem tanpa kita dapat mengukur konsekuensinya.
SEA EDUCATION ASSOCIATION WOODS HOLE, USA
Di Massachusetts, USA Kara Lavender Law memimpin program pendidikan tentang navigasi dan oseanografi telah dilalui oleh dua kapal mereka di samudera atlantik dan samudera pasifik selama bertahun-tahun. Kara Lavender Law memiliki rangkaian sampel pelastik. Menurut penelitian terbaru, jumlah serpihan pelastik di permukaan bisa mencapai 50.000 miliar keping ditemukan di mana-mana, dariArktik hingga Antartika, melalui daerah tropis. keping-keping ini seringkali hampir tak terlihat karena sebagian besar keping-keping ini berukuran kurang dari 5 milimeter. kita juga tahu bahwa setengah dari keping-keping ini terkumpul diinti pusaran air. dari air yang terbentuk oleh arus laut.
Saat ini kita menemukan pusaran samudera, lima zona akumulasi Dua di Pasifik, Dua di Atlantik dan Satu di Samudera Hindia. Kita sering menyebutnya Benua Pelastik.
Ketika kami melihat jumlah total pelastik yang terkumpul di pusaran subtropis menemukan bahwa jumlahnya tetap, stabil, kami tidak melihat peningkatan yang sangat signifikan seperti yang kami harapkan. Kami tidak berpikir alasannya adalah karena kita sudah lebih baik dalam mendaur ulang atau lebih baik dalam menjaga pelastik kita agar tidak masuk ke laut, tetapi sebaliknya kita berpikir bahwa setelah pelastik mengambang disini selama bertahun-tahun, entah bagaimana ia akan hilang dari permukaan laut.
Penelitian terbarunya yang paling menyeluruh di zaman kita menemukan hingga 236.000 ton namun ini hanya 1 % jumlah sampah yang masuk ke dalam laut dalam satu tahun, jadi itu jumlah yang sangat kecil. hanya 1% pelastik yang ditemukan di laut.Untuk lebih memahaminya kita harus melihat skala produksi pelastik pada tahun 1950 adalah 1,5 juta ton per tahun.
Saat ini jumlahnya mendekati 300 juta ton per tahun. Jumlah pelastik yang mengapung di permukaan laut yang diperkirakan oleh Kara Law tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang seharusnya kita temukan.
Bahayanya adalah orang-orang berpikir “oh baiklah itu hilang begitu saja, itu bukan masalah karena itu tidak ada” padahal faktanya, ketakutan terhadap hal yang tidak diketahui. Kita tidak tahu dimana itu berada. kita tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kita tidak tahu apakah itu memiliki dampak lain yang bahkan belum kita bayangkan.
Menemukannya mengetahui dimana pelastik berada telah menjadi perhatian utama untuk memahami dampak dan perannya dalama ekosistem, Namun kita harus mulai dari awal dengan menelusuri seberapa banyak pelastik yang masuk ke lautan kita. Meskipun pertanyaan ini telah diajukan sejak tahun 1970-an.
Jawaban pertama yang diberikan adalah pada tahun 2015 oleh Jenna Jambek seorang Insinyur yang mengkhususkan diri dalam pengelolaan limbah. Penelitiannya memakan waktu 3,5 tahun. kami mengamati 192 negara di dunia dengan garis pantai dan penyangga 50 kilometer di mana limbah mungkin masuk ke laut melalui pembuangan mereka, pencucian atau ditiup angin ke laut dan kemudian dari sana kami memperkirakan persentase pelastik yang tidak dikelola dengan baik.
Kami menghitung dan memperkirakan bahwa 8 juta metrik ton pelastik masuk ke laut pada tahun 2010 dari 275 juta ton sampah pelastik, 32 juta ton tidak dikelola dengan baik, baik dikubur, dibakar, atau didaur ulang dan dibuang. Dari 32 juta ton tersebut, 8 juta ton berakhir di laut.
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang skala masalah dan penunjukan hal tersebut dapat diselesaikan di daratan dengan pengelolaan sampah pelastik yang lebih baik. Menurut Jenna Jambek kalau kita tidak berbuat apa-apa 10 kali lipat lebih banyak pelastik akan masuk ke lautan kita di tahun 2025.
Sekali di laut sudah terlambat hampir mustahil untuk diambil kembali dan kita kehilangan jejaknya. Namun perburuan jejaknya bukan hal baru, sudah dimulai sekitar 20 tahun yang lalu.
Francois Galgani dia tidak hanya terkenal karena studinya tetapi juga karena komitmennya, berkat dia pelastik telah menjadi indikator ketika mengukur kualitas air di Uni Eropa.
Pada tahun 1992 Francois Gargani menciptakan sebuah proyek inovatif yang memeriksa dasar laut untuk pelastik di atas kapal selam (Submarine) legendaris. Kapal selam legendaris fotonya tersebar di seluruh dunia dan menjadi inspirasi untuk modelnya. Plastik dari tahun 1960an. Jadi kita tahu bahwa botol pelastik itu dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun di dasar laut, bahkan pada kedalaman itu. Salah satu alasannya adalah oksigen jauh lebih sedikit dan tidak ada cahaya sama sekali.
Jadi elemen-elemen yang biasanya mendukung penguraian tidak ada di dasar laut dalam sehingga pelastik tersebut jauh lebih lambat membusuk daripada di permukaan. Sama seperti anekdot, pilot kapal selam tahu kapan mereka berada di dasar laut karena mereka melihat plastik. Jadi ini adalah indikator zona tempat kita berada ketika kita berada di ngarai (lembah).
Apa yang terjadi adalah ngarai bekerja seperti saluran, jelas semua limbah cenderung tenggelam ke zona di mana tidak ada banyak arus dan menumpuk di sana. Itulah mengapa kami menemukan zona akumulasi yang dalam ini.
Saat ini belum ada laporan pasti tentang jumlah limbah di dasar laut. Jadi ini adalah salah satu pertanyaan besar yang ada saat ini ??
Acara Pertemuan FAO tentang Keamanan Pangan dalam ekonomi sirkular diselenggarakan pada Sesi ke-47 Komisi Codex Alimentarius (CAC47) pada 29 November 2024 di Jenewa, Swiss.
Kegiatan ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari publikasi FAO baru-baru ini. Tujuannya adalah untuk merangsang diskusi tentang aspek keamanan pangan yang perlu diperhatikan dan Pencatatan Acara Seminar.
Penerbitan dokumen ini bukan merupakan publikasi formal. Namun, dokumen tersebut dapat ditinjau, diabstraksikan, direproduksi, atau diterjemahkan secara bebas, seluruhnya atau sebagian, tetapi tidak untuk dijual atau digunakan bersama dengan tujuan komersial dan dibahas ketika menerapkan praktik sirkular dalam produksi agripangan. Webinar ini merupakan bagian dari kegiatan di bawah Program Pandangan Ke Depan Keamanan Pangan FAO.
Latar Belakang
Ekonomi sirkular adalah landasan transformasi sistem agrifood untuk menjamin masa depan yang aman bagi semua, dengan pangan yang memadai diproduksi dalam batas-batas planet. Sementara solusi sirkular menawarkan manfaat keberlanjutan yang menjanjikan, mereka juga dapat memperkenalkan masalah keamanan pangan tertentu, seperti risiko yang ditimbulkan oleh bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik serta resistensi antimikroba.
Laporan FAO, Keamanan pangan dalam ekonomi sirkular, memberikan analisis bukti terkini dan yang muncul tentang risiko keamanan pangan dalam sistem produksi pangan sirkular. Laporan ini mengkaji secara mendalam empat dimensi utama yang menyangkut: a.) kelangkaan air, b.) kerugian makanan dan limbah makanan, c.) limbah kemasan makanan, dan d.) efisiensi penggunaan lahan. Gambaran Umum Kebijakan dan prinsip keamanan pangan harus disesuaikan dengan karakteristik unik sistem pertanian pangan sirkular.
Memastikan keamanan pangan membutuhkan upaya kolektif di semua tingkat rantai pasokan makanan, dari produsen hingga konsumen dan regulator. Setiap pemangku kepentingan memiliki peran penting dalam menjaga keamanan pangan saat kita bergerak menuju sistem pertanian pangan yang lebih berkelanjutan.
Tujuan dari acara seminar ini adalah untuk berbagi temuan dari FAO dan menstimulus diskusi tentang topik ini dengan belajar dari pengalaman di tingkat nasional.
Ikhtisar
Side Event FAO secara resmi dibuka oleh Markus Lipp, Senior Food Safety Officer FAO di Divisi Sistem Pertanian dan Keamanan Pangan, yang menyoroti bahwa dengan meningkatnya relevansi pendekatan ekonomi sirkular, Codex dan Anggota perlu menempatkan ekonomi sirkular dalam rencana mereka untuk mencegah potensi hasil kesehatan masyarakat yang negatif.
Ini akan menjadi lebih penting dalam terang pemikiran sistem pangan, transformasi sistem pangan, di mana kita harus menuju metode produksi pangan yang lebih berkelanjutan dan ekonomi sirkular tentu saja merupakan salah satu pendekatan tersebut,” kata Lipp.
Temuan utama dari publikasi FAO
Sambutan pembukaan diikuti dengan presentasi tentang area fokus yang tercakup dalam publikasi FAO Keamanan pangan dalam ekonomi sirkular dan hubungannya dengan Program Pandangan Ke Depan Mengenai Keamanan Pangan.
Vittorio Fattori, Petugas Keamanan Pangan FAO, menjelaskan bahwa keterkaitan sistem pertanian pangan sirkular, di mana sumber daya berasal dari satu proses dan masuk ke yang lain, dapat menghadirkan tantangan bagi kontaminan, banyak di antaranya dapat bertahan dan menumpuk di sepanjang proses.
Oleh karena itu, transisi ke sirkularitas membutuhkan pengembangan dan penerapan langkah-langkah manajemen keamanan pangan yang tepat untuk mengurangi terjadinya kontaminan. Secara khusus:
Menilai kualitas mikroba dari air yang digunakan kembali dan didaur ulang di bidang pertanian dapat membantu mencegah kontaminasi tanaman oleh mikroorganisme patogen. Pemahaman tentang implikasi keamanan pangan dari kontaminan kimia sedang berkembang dan potensi residunya berakhir di makanan memerlukan evaluasi yang cermat. Selain itu, potensi risiko gen resistensi antimikroba (AMR) untuk ditransfer ke manusia merupakan masalah yang muncul.
Mendistribusikan ulang, mendaur ulang, atau menggunakan kembali limbah makanan dan produk sampingan memerlukan pengelolaan sistem kompos limbah makanan yang benar untuk menghilangkan patogen dan untuk mengatasi potensi terjadinya limbah lain dalam limbah makanan dan risiko penyerapan aditif plastik dari kompos ke tanaman pangan. Standar sanitasi kompos sudah ada di banyak negara. Risiko keamanan dari mikroplastik masih belum sepenuhnya dipahami, sementara bukti perilaku gen resistensi antibiotik (ARG) dalam pengolahan limbah makanan kontras.
Produk kemasan yang dapat digunakan kembali, mempercepat daur ulang plastik dan mengembangkan alternatif kemasan yang aman dan berkelanjutan dapat terjadi melalui desain ulang kemasan makanan, yang harus diterapkan dengan hati-hati agar tidak membahayakan keamanan pangan.
Produk kemasan yang dapat digunakan kembali, mempercepat daur ulang plastik dan mengembangkan alternatif kemasan yang aman dan berkelanjutan dapat terjadi melalui desain ulang kemasan makanan, yang harus diterapkan dengan hati-hati agar tidak membahayakan keamanan pangan.
Sistem pertanian terpadu yang mendiversifikasi produksi dan praktik berkelanjutan lainnya melihat potensi pengurangan penggunaan agrokimia berkat pengendalian hama dan penyakit alami. Namun, mungkin ada peningkatan risiko keamanan ketika beberapa spesies hewan menempati area lahan yang sama, terutama dalam sistem yang mengandalkan kotoran atau kotoran sebagai sumber nutrisi atau dalam sistem akuakultur yang menggunakan kotoran ternak.
Fattori menyimpulkan dengan refleksi dari FAO tentang perlunya untuk:
Identifikasi masalah yang muncul untuk menginformasikan penilaian risiko yang cepat dan kemudian menindaklanjuti dengan proses pengambilan keputusan.
Pastikan bahwa manajemen risiko dan pengambilan keputusan sangat selaras dengan perubahan zaman, dan buat kerangka kerja dan kebijakan yang fleksibel.
Jaga agar konsumen tetap terpusat dalam diskusi seputar ekonomi sirkular, sehingga konsumen mengetahui sumber informasi tepercaya.
Memastikan pertimbangan yang memadai diberikan pada keamanan pangan di samping keberlanjutan dan kinerja ekonomi.
Diskusi panel Diskusi panel melibatkan dua pakar keamanan pangan: Alexandra Ferraro, Analis Masalah Internasional di Kantor Codex AS, Departemen Pertanian Amerika Serikat, dan Yongxiang Fan, Wakil Direktur Jenderal Pusat Nasional China untuk Penilaian Risiko Keamanan Pangan.
Pandangan mereka tentang isu-isu yang terkait dengan implikasi keamanan pangan dari praktik sirkular dalam sistem agrifood diuraikan di bawah ini. Diskusi dimoderatori oleh Ki Jung Min, Communication Officer, FAO.
Bagian dan Tantangan dari bahan yang kontak dengan makanan dalam ekonomi sirkular
Dari konteks AS, Alexandra Ferraro menguraikan tiga tantangan pengemasan makanan yang muncul di mana keamanan pangan bertemu dengan ekonomi sirkular:
Peraturan yang bergerak cepat: Kemajuan pesat dalam inisiatif ekonomi sirkular dalam ruang pengemasan makanan mendorong peraturan nasional untuk meningkatkan penggunaan alternatif yang lebih berkelanjutan untuk kemasan makanan sekali pakai. Akibatnya, masalah keamanan pangan yang unik untuk bahan daur ulang muncul dan kurangnya keselarasan di antara peraturan nasional menciptakan hambatan perdagangan.
Konsekuensi yang tidak diinginkan bagi keamanan pangan dan lingkungan: Dalam dorongan untuk transisi ke bahan kemasan yang lebih berkelanjutan, keamanan pangan terkadang mengambil prioritas kedua atau yang terburuk dapat dikompromikan karena kurangnya sifat fisik yang sesuai yang diperlukan untuk menjaga makanan tetap segar selama transportasi dan penyimpanan.
Lanskap yang bervariasi: Stok pakan untuk kemasan daur ulang, akses ke stok pakan tersebut, teknologi daur ulang, dan infrastruktur sangat bervariasi tergantung pada konteks nasional.
Ferraro menyoroti bahwa topik keamanan pangan dalam ekonomi sirkular adalah bidang penelitian dan pengembangan yang sangat aktif di Amerika Serikat, menyajikan beberapa kesimpulan:
Solusi yang berbeda dapat menghasilkan hasil yang sama.
Metrik dan berbagi informasi sangat penting.
Tidak ada “satu ukuran untuk semua”.
Ferraro menggaris bawahi perlunya pendekatan berbasis sains, risiko, dan hasil yang berfokus pada keamanan pangan, sehingga semua pemangku kepentingan dapat menemukan titik temu untuk memungkinkan partisipasi yang lebih luas dalam ekonomi sirkular.
Yongxiang Fan membahas pertimbangan keamanan pangan dalam sistem pertanian terpadu, yang telah banyak dipraktikkan di Tiongkok sejak lama.
Contohnya termasuk budidaya ikan-kepiting, budidaya padi-bebek dan integrasi budidaya murbei, pemeliharaan ulat sutera dan pertanian sayuran, yang menawarkan pendekatan holistik untuk produksi pertanian dengan mengintegrasikan budidaya tanaman, peternakan, akuakultur dan agroforestri. Mengintegrasikan praktik pertanian ke dalam sistem ini mempromosikan keberlanjutan, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, dan meningkatkan pendapatan pertanian dengan mendiversifikasi sumber pendapatan sekaligus mengurangi dampak lingkungan.
Fan mencatat bahwa pemerintah Tiongkok telah menerbitkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan sistem pertanian terpadu dan pemerintah daerah didorong untuk memfasilitasi petani untuk membangun dan memelihara sistem tersebut dengan pemotongan pajak atau dana kompensasi. Sistem ini mendukung kelangsungan ekonomi tetapi juga berkontribusi pada pelestarian ekosistem alam, menjadikannya strategi untuk pertanian berkelanjutan.
Fan juga menyoroti masalah keamanan pangan dalam pertanian terpadu. “Masalah keamanan pangan selalu menjadi tantangan dari sistem pertanian terpadu ini, misalnya residu pestisida dan pupuk serta kontaminasi silang dapat terjadi dari satu sistem ke sistem lainnya,” kata Fan. Dia juga mencatat transfer penyakit dari tumbuhan ke hewan dan akhirnya ke konsumen manusia dapat menjadi perhatian, bersama dengan tantangan pengolahan makanan, menekankan perlunya menemukan pendekatan terpadu untuk mengatasi tantangan tersebut.
Mutu ikan sering dinilai dari penampilannya. Oleh karena itu perubahan warna dapat menimbulkan penurunan mutu ikan. Perubahan di dalam daging ikan merupakan penyebab perubahan warna tersebut. Perubahan warna dapat diperlambat dengan penyimpanan pada suhu yang lebih rendah.
Pengerasan Daging
Makin lama disimpan beku, daging ikan menjadi makin keras. Menurut hasil penelitian, pengerasan daging lebih banyak disebabkan oleh rusaknya struktur jaringan pengikat atau penghubung (connective tissue). Kerusakan daging mengakibatkan lepasnya fibril, dan sel-sel menjadi lebih liat/keras. Pengerasan daging ikan disebabkan oleh proses denaturasi protein yang dilanjutkan dengan koagulasi (penggumpalan). Sehingga tekstur protein-protein daging lebih kompak. Apabila dihubungkan dengan pengeringan yang terjadi, maka daging ikan lebih keras dibandingkan pad waktu masih segar.
Perubahan Lemak
Oksidasi lemak menimbulkan bau tengik pada ikan beku yang disimpan lama, antara lain disebabkan oleh aktifitas beberapa enzim yang pada suhu sampai -40 oC masih belum berhenti. Diantara enzim-enzim itu adalah cytochrome oxsidase, yang berfungsi sebagai katalisator kuat dengan bantuan garam. Hal inilah yang mempercepat ketengikan ikan yang dibekukan dalam brine freezing, dipercepat dengan adanya kegiatan enzim tersebut. Daging berwarna hitam atau coklat pada beberapa jenis ikan seperti tuna,relatif cepat menjadi tengik selama penyimpanan beku dibandingkan dengan daging putih. Hal ini disebabkan oleh aktifnya enzim-enzim oksidasi pada daging hitam.
Driplost
Driplost dalah cairan yang berwarna putih pucat yang tidak terserap kembali oleh jaringan daging ikan beku ketika dicairkan. Drip lost adalah cairan pada ikan yang ikut keluar pada saat dilakukan proses pelelehan (thawing). Drip mengandung air yang melarutkan protein dan unsur-unsur nitrogen lain, vitamin, mineral, komponen pembentuk rasa, dan lain-lain. Jumlah drip dapat kurang dari 1% dan dapat lebih dari 20% dari berat ikan, tergantung pada faktor berikut:
Jenis ikan : Jika kandungan air tinggi dan kandungan protein rendah maka jumlah drip banyak.
Kecepatan pembekuan : pembekuan lambat menghasilkan banyak drip.
Jangka waktu penyimpanan : Makin lama disimpan, makin banyak drip.
Kestabilan suhu penyimpanan : Makin besar suhu penyimpanan berfluktuasi, drip makin banyak.
Suhu Pelelehan : Makin tinggi suhu pelelehan, makin banyak drip terbentuk.
Pembentukan drip harus dibatasi sekecil mungkin dengan memperhatikanfactor-faktor yang mempengaruhinya. Drip dapat pula dikurangi denganmenggunakan larutan garam atau larutan polifosfat.
Dehidrasi
Pengeringan (dehidrasi) yaitu berkurangnya kadar air selama produk dibekukan dan disimpan beku. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya salju diatas produk beku atau memutihnya permukaan produk beku itu. Pendinginan dan pembekuan yang cepat dapat mengurangi tingkat pengeringan. Pendinginan yang cepat akan memperkecil kecepatan penguapan dari dalam produk ke udara. Sedangkan pembekuan cepat akan meminimalkan (minimize) produk itu menguap kandungan airnya.
Proses pengeringan pada ikan terjadi sejak masuk freezer dan selama penyimpanan dalam cold storage, sampai akhirnya dibeli konsumen. Hal ini disebabkan oleh adanya proses sublimasi, yaitu perpindahan uap air dari produkyang suhunya lebih tinggi pada waktu masuk freezer dan tekanan uap airnya juga relatif tinggi. Uap air itu pindah dan menempel pada cooling coil (evaporator) yang suhunya lebih rendah. Pengeringan akan berjalan makin cepat dengan adanya sirkulasi udara dingin.
Akibatnya terbentuk salju (frost)yang menutup cooling coil dan akan mengurangi kemampuan unit pendingin. Itulah sebabnya dalam konstruksi cold storage yang baru, sering dipakai cooling coil yang digantung di langit-langitsebagai pengganti fan (kipas angin). Dibandingkan dengan memakai blower,konstruksi ini lebih mempercepat proses pengeringan. Perubahan suhu penyimpanan yang terlalu besar dan sering juga membantu pengeringan produk.
Untuk memperoleh pendinginan dan pembekuan yang cepat tidak hanya dengan menggunakan udara dingin saja. Akan tetapi, udara dingin ini perlu didistribusikan secara efisien agar dapat menyentuh permukaan produk dengan sistem hembusana tau aliran udara yang efektif.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Menjamin bahwa raw material yang dibeli memenuhi persyaratan yang ditentukan (To guarantee the raw material meet the specified qualifications).
Menyeleksi dan menyusun daftar supplier yang sesuai serta menjamin bahwa raw material yang dipasok telah memenuhi standar (To select and to compiled the appropriate supplier and to ensure that the material supplied meet the standard).
RUANG LINGKUP (SCOPE)
Prosedur ini diterapkan untuk semua raw material yang masuk dari pemasok dan menjadi bagian dari produk yang dijual kepada pelanggan. (This procedure is implemented for all purchased raw material from supplier and become part of the products sold to customers).
PROSEDUR (PROCEDURE)
Evaluasi supplier/kapal dilakukan secara periodik setiap satu tahun sekali (Evaluation done supplier/ship periodically every one year).
Tim evaluasi supplier/kapal terdiri dari operasional penerimaan raw material, dan petugas pengawas mutu (Supplier/ship evaluation teams consist of operational section for raw material, and quality control staff).
Supplier baru harus mengisi formulir vendor company profile yang ditentukan (The new supplier must fill the definite vendor company profile form).
Daftar supplier terseleksi dievaluasi sedikitnya setahun sekali oleh tim evaluasi supplier dan dari hasil evaluasi tersebut supplier akan dikualifikasi ulang (The suppliers selected were evaluated at least once a year by supplier evaluation team and the result will be re-qualification).
Petugas pengawas mutu harus memeriksa raw material yang datang dalam hal mutu dan jika ada masalah berhak menolak raw mat tersebut kemudian melaporkan ke bagian pembelian raw material (Quality control must be checking raw material and then report it to the purchasing section for raw material).
Evaluasi dilakukan hanya untuk supplier baru, sedangkan untuk supplier yang lama dilakukan evaluasi secara periodik tiap 6 bulan sekali (Evaluation done only for new supplier, while for regular supplier, evaluation done periodically every six month).
Tim evaluasi supplier terdiri dari operasional pembelian raw material, produksi control staff dan petugas pengawas mutu (Supplier evaluation teams consist of operational section for raw material, production control staff and quality control staff).
Supplier baru harus mengisi form vendor company profile yang ditentukan (The new supplier must fill the definite vendor company profile form).
Daftar supplier terseleksi dievaluasi sedikitnya setahun sekali oleh tim evaluasi supplier dan dari hasil evaluasi tersebut supplier akan dikualifikasi ulang (The suppliers selected were evaluated at least once a year by supplier evaluation team and the result will be re-qualification).
Petugas pengawas mutu harus memeriksa raw material yang datang dalam hal mutu dan jika ada masalah berhak menolak raw mat tersebut kemudian melaporkan ke bagian pembelian raw material (Quality control must be checking raw material and then report it to the purchasing section for raw material).
RECORD
Pertanyaan Persetujuan Pemasok
SUPPLIER APPROVAL QUESTIONNAIRE
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Pada tanggal tahun 2006, departemen kesehatan Utah dan New Mexico menyelidiki klaster Escherichia Coli di Negara Bagian Amerika. Sebuah studi kasus terhadap 22 kasus pasien ditemukan mengonsumsi bayam dalam kemasan pelastik secara signifikan terkait dengan penyakit (p<0.01). Jenis wabah diisolasi 3 kantong dari satu merek bayam secara nasional, 205 orang sakit terkena wabah.
Pada tanggal 13 September 2006, pejabat kesehatan dari beberapa negara bagian secara independen memberi tahu Pusat Kontrol Penyakit dan Pencegahan (CDC) tentang kelompok infeksi Escherichia Coli dan dugaan hubungan dengan bayam. E. Coli mengungkapkan 1 dari 2 jenis Toksin Shiga dan dapat menyebabkan infeksi gastrointestinal yang parah dan sindrom uremik hemolitik (HUS).
Penyelidikan wabah Negara bagian, yang melibatkan 26 negara bagian, dimulai pada 14 September. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan CDC menyarankan konsumen untuk tidak makan bayam dalam kemasan. Departemen Kesehatan Utah (UDOH) dan New Mexico melakukan studi kasus pengendalian untuk mengklasifikasi wabah dan penyelidikan laboratorium untuk menguji bayam yang dimakan oleh pasien untuk kasus kontaminasi. Laporan ini berfokus pada investigasi yang dilakukan di 2 Negara bagian.
Definisi kasus untuk penyakit yang dikonfirmasi laboratorium adalah infeksi E. Coli yang dikonfirmasi di Utah atau penduduk Mexico dengan temuan penyakit selama 1 Agustus 2006–1 Oktober 2006, ditunjukkan oleh elektroforesis gel medan berdenyut (PFGE). Investigasi wabah yang cepat tidak memerlukan persetujuan dewan peninjau kelembagaan.
Formulir Laporan Kasus Penyakit Escherichia Coli disebabkan konsumsi bayam diberikan oleh pejabat kesehatan masyarakat lokal atau negara bagian untuk semua peserta. Informasi yang dikumpulkan meliputi tanggal timbulnya penyakit, gejala, pengobatan, komunitas paparan, dan riwayat makanan. Pertanyaan mengacu pada 8-10 hari sebelum gejala pasien merasakan sakit. Pasien kasus pertama kali diwawancarai 3-23 hari setelah timbulnya penyakit (rata-rata = 11,6 hari); wawancara lanjutan untuk kuesioner diselesaikan dalam waktu 23 hari setelah timbulnya penyakit.
Dua kontrol per kasus-pasien dicocokkan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia untuk mencegah bias dari perbedaan potensial akibat diet. Kelompok usia adalah <4 tahun, 5-12 tahun, 13-18 tahun, 19-64 tahun, dan >65 tahun. Kontrol adalah dipilih dengan menggunakan panggilan telepon digit berurutan berbasis pada nomor telepon pasien kasus yang cocok. Kontrol melaporkan tidak ada penyakit gastrointestinal 3 hari sebelum dan sesudah tanggal timbulnya gejala dari pasien kasus yang cocok.
Rasio yang cocok dengan tepat dan interval konfirmasi (CI) dihitung dengan menggunakan logistik bersyarat regresi di SAS 9.1 (SAS Institute, Cary, NC, AS). α 0,05 digunakan. Tidak ada analisis statistik yang dilakukan untuk kategori “merek bayam” atau “lokasi bayam yang di makan”
karena data yang tidak memadai dan ketidakmampuan untuk menghasilkan perkiraan poin; Kami hanya memberikan evaluasi deskriptif dari variabel-variabel ini. Hanya orang yang mengindikasikan paparan pasti untuk satu merek bayam dimasukkan dalam evaluasi merek.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.